"Lalu kita menjadi terhibur. Memang tujuannya itu. Jadi, itu yang disebut dengan fantasi. Artinya mimpi, imajinasi yang coba untuk dijual kepada penonton tentang realitas yang enggak ada," ujar Rachmah.
Rachmah menambahkan apabila tontonan televisi dengan alur yang mainstream akan lebih laku di masyarakat Indonesia.
"Pikiran penonton itu sudah terhegemoni selama ini oleh tayangan-tayangan mainstream. Hegemoni itu sulit sekali untuk ditarik dari benak penonton.
Karena masyarakat itu penetrasi (televisi ke tengah) masyarakat dengan televisi itu masih besar. 90 persen masyarakat Indonesia masih menonton televisi," pungkasnya.
(*)