"Terakhir kalau nggak salah itu, ngga tau terpapar (covid-19)nya dimana. Jadi, sekaligus ada beberapa orang tapi yang 4 orang alhamdulillah sudah selesai, teman dan orang-orang kantornya," sambung Teddy.
Ia juga menjelaskan dirinya sudah tidak bertemu secara langsung dengan sang istri sekitar 2 minggu lamanya.
"Karena kebetulan istri saya, Rina dia memang mempunyai penyakit bawaan, jadi ada sinus, ada sesak napas, pernah asma juga. Jadi, ketika terserang virus covid-19 ini cukup berat buat beliau sampai saya juga hampir 2 minggu sudah terpisahkan," terang Teddy.
Meski sempat positif covid-19 sebelum kepergiannya, Teddy menuturkan dirinya tak mengetahui secara pasti penyebab Rina meninggal dunia.
"Saya rasa, saya nggak tahu persis hal itu ya, tapi per hari ini saya rasa sudah minggu kedua ini dan sudah intensif, kan waktu itu dia sudah menjalankan isolasi mandiri 1 minggu lalu dibawa ke ICU di rumah sakit," jelasnya.
Meski kondisi kesehatan Rina dinyatakan stabil, tetapi ia harus menggunakan ventilator untuk membantu pernapasannya.
"Kondisinya tetapi stabil sih beberapa hari, terus belakangan karena beliau harus bernapas mandiri ini yang membuat mungkin kan berat, merasa lelah, kecapean. Sehingga tim dokter dari rumah sakit memutuskan untuk memasang ventilator dan memberikan obat-obatan yang baik," ujar Teddy.
Diisolasi dalam ruang ICU, Teddy menuturkan dirinya tak bisa bertemu dengan Rina dan hanya berkomunikasi lewat handphone.
"Karena dari awal kan juga begitu masuk di rumah sakit beliau sudah diisolasi di dalam ICU, jadi saya sama sekali nggak bisa ketemu. Tapi kita tetap berkomunikasi awalnya sampai pemasangan ventilator hingga hari terakhir ini," katanya.
Teddy juga mengungkap keinginan terbesar Rinasaat kondisinya masih sehat.