Tingkatan derilium ada yang ringan sampai berat, dan kondisi ini bisa dilihat ketika seseorang tidur dan sulit dibangunkan, hingga tampak gelisah.
Gina mengatakan, gambaran utama orang yang mengalami delirium antara lain:
- Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran berkabut hingga koma)
- Gangguan kognitif berupa proses pikir yang kacau, ketidakmampuan membedakan
- realita dan yang bukan, disorientasi, rendah daya memori
- Gangguan siklus tidur-bangun, cenderung bangun dan gelisah di malam hari, pola tidur terbalik
- Gangguan emosional yang tampak sebagai kecemasan hebat, iritabilitas (mudah marah)
Penyebab pasien Covid-19 alami delirium
Apa penyebab terjadinya delirium? Lebih jauh, Gina menjelaskan, delirium dapat terjadi
pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang disebabkan oleh berbagai sebab, yakni:
- Infeksi langsung ke jaringan otak
- Inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otak
- Ensefalopati akibat toksin krn proses perjalanan penyakit Covid-19
- Gagal nafas yang menyebabkan otak mengalami kekurangan oksigen berat
- Infeksi berat yang memengaruhi organ2 vital
- Hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) sehingga mengganggu aliran darah ke otak
Kondisi yang gawat darurat
Gina mengingatkan, delirium termasuk kondisi gawat darurat sehingga harus ditangani di rumah sakit.
Sebab, penyakit delirium yang tidak dikelola dan tidak dicari penyebabnya bisa berujung pada kematian atau kecacatan jangka panjang.
"Orang yang sudah teratasi delirium, masih mungkin mengalami gejala sisa berupa perubahan kognitif (kemampuan berpikir) maupun gangguan mood (suasana perasaan) yang sifatnya menetap hingga satu tahun pasca kejadian," ujar Gina.
Pengobatan untuk orang yang alami deliriumPenanganan mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.