"Pengembangan energi fusi nuklir tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis China, tetapi juga memiliki signifikansi besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional China yang berkelanjutan di masa depan," tulis surat kabar People's Daily.
Tercatat sejak 2006, ilmuwan China telah mengembangkan versi lebih kecil dari reaktor fusi nuklir.
Para ilmuwan akan bekerja sama menggabungkan perangkat tersebut dengan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER).
ITER sendiri adalah proyek penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang berbasis di Perancis, yang dicanangkan akan selesai 2025.
Fusi Nuklir yang diteliti oleh ITER, menggabungkan inti atom guna menciptakan anergi dalam jumlah besar.
Cara tersebut berkebalikan dari proses fisi nuklir yang biasanya digunakan dalam senjata atom dan pembangkit tenaga nuklir.
Baca Juga: Tahun ini Tak Ada Kenaikan, Menteri PANRB Buka Suara Soal Kenaikan Gaji PNS Tahun 2021
Berbeda dengan fisi, fusi tak menimbulkan gas rumah kaca dan mengurangi resiko kecelakaan atau pencurian bahan atom.
Meski cenderung lebih bersih dan aman, fusi tergolong sulit dilakukan dan sangat mahal.
ITER bahkan diperkirakan telah menghabiskan anggaran hingga 22,5 miliar dollar AS (Rp318 triliun)
(*)