Mereya meyakini bahwa jiwanya bisa beristirahat jika melakukan transisi seperti membakar tubuhnya, atau tubuhnya dimakan oleh kerabat yang masih hidup.
Suku Yanomami biasanya bernyanyi ketika ada seorang kerabat yang mati, dengan harapan mereka akan memanggil rohnya dan menghilangkan kesedihan kerabat.
Kemudian, pada fase kedua mereka mulai membakar jenazahnya lalu mengumpulkan tulang-tulang yang tersisa dari pembakaran mayat.
Baca Juga: 5 Jenis Sepatu yang Sering Digunakan Para Wanita ini Nyatanya Tidak Baik Untuk Kesehatan loh
Kemudian mereka mengubahnya menjadi bubuk yang dicampur dengan abu dari tubuh yang terbakar.
Mereka mencampurkannya dengan pisang dan membuat sup pisang lalu memberikannya kepada semua orang.
Menurut keyanikanan Yanomami, mereka percaya menyelesaikan ritual ini adalah satu-satunya cara membuat jiwa yang mati mencapai kedamaian.
Tetapi dalam kasus di mana musuh membunuh kerabat atau anggota desa.
Hanya wanita yang memakan abu dan setelah itu bentuk balas dendam dilakukan pada pelakunya.
Namun upacara dilakukan pada malam yang sama, lalu penduduk desa harus membalas dendam melalui mungkin serangan di wilayah musuh.
Itu adalah catatan yang secara umum dikenal oleh kebanyakan orang tentang ritual Yanomami.