"Kalau kita mau ngomong wilayah, ada Jogja, Bali, sakralnya kan masih," lanjut Mbak You.
"Iya, tradisi-tradisi kayak larung lah, sekaten," sambung Denny Darko.
"Itu cara-cara Kejawen itu, kalau zaman dulu ada pageblug ada tradisi ketok pentong kayu, terus pakai putih-putih kanji," kata Mbak You lagi.
Kemudian ia mencontohkan tradisi Kejawen yang biasa ada di Jawa Tengah dan sekitarnya.
Baca Juga: Jadi Minuman Favorit Saat Buka Puasa, Siapa Sangka Bisa Bikin Kamu Diare!
Ternyata tradisi tersebut mengedepankan kepercayaan diri bahwa sehebat apapun pageblugnya, pasti bisa dilalui.
Salah satu cara menghadapinya adalah dengan memanjatkan doa.
"Ada tradisi kejawen yang membuat corona itu bisa diatasi karena kepercayaan diri. Hal yang mereka lakukan menurut Kejawen bahwa apa yang kita lakukan benar, apa yang kita lakukan sesuai pakemnya, pasti akan bisa dilalui bersama-sama. Jadi adapun corona sehebat apapun karena tradisi, karena terbentuknya pribadi, karena memang ruang lingkup kehidupannya sudah sakral, jadi sehebat apapun corona, bagi mereka itu bukan suatu musuh. Tapi mereka mengatasi ketakutan itu dengan dihadapi dengan banyak doa," ujar Mbak You
"Tradisi ini berarti lebih tua dan lebih sakti daripada corona itu sendiri ya," kata Denny Darko.
Kemudian Denny Darko merunut sejarah yang masih menghubungkan antara Yogyakarta dengan Bali yang berhubungan dengan kerajaan.
Karena masih berhubungan, maka tak heran kalau kedua daerah ini masih menganut tradisi yang sangat kental dan dijaga budi luhurnya.