Dengan penuh penghayatan, Jarkiyo bersama beberapa temannya ikut menyanyikan tembang “Cidro” yang tengah dibawakan Didi Kempot, ketika itu di Taman Balekambang, Solo.
Jarkiyo menuliskan beberapa sebutan seperti “Surakarta Sad Boy Club”, “Bapak Loro Ati Nasional”, dan “Lord Didi”.
“Saya pun merekam tidak punya impian akan memviralkan ini, tidak sama sekali. Memang benar-benar natural, pada akhirnya alam yang membantu kita, reaksinya seperti ini,” kata Jarkiyo.
Salah satu hal yang membuat videonya melejit adalah karena dibagikan ulang oleh seorang seleb Twit bernama Agus Magelangan dalam thread panjang di akun Twitter miliknya @AgusMagelangan.
“Yang nge-upload teman saya, tapi videonya dari saya, terus disamber Mas Agus. Malam-malm setelah nonton capek, tidur, bangun-bangun notif-ku benar-benar banyak,” ujar Jarkiyo.
Sosok Agus inilah yang kemudian memberi julukan "Godfather of Broken Heart" bagi Didi Kempot.
Dari sini, Jarkiyo menyimpulkan, untuk bisa membuat sesuatu yang besar, dibutuhkan seseorang yang menjadi pemantik, seperti apa yang dilakukan Agus Magelangan.
“Sebelum video itu booming, mungkin orang-orang muda masih malu-malu buat nonton datang ke konser Didi Kempot, tapi ketika akeh koncone, loro ati akeh koncone (punya banyak teman patah hati), semua berubah,” kata dia.
Didi Kempot mengaku tidak tahu ihwal penyebutannya sebagai Godfather of Broken Heart.
“Saya enggak tahu persis, tiba-tiba itu muncul sempat ramai juga itu. Ternyata di situ ada beberapa teman-teman di Solo juga, anak-anak muda malah. Itu ternyata dia sangat peduli dengan budaya yang ada di sini, akhirnya muncul apa lah itu. Saya jadi bapaknya bocah-bocah patah hati, Godfather of Broken Heart,” akunya.