Li dan timnya juga menemukan mutasi langka tri-nukleotida pada pasien berusia 60 tahun.
Yakni mutasi langka dengan tiga perubahan yang terjadi secara berturut-turut.
Ilmuan mengklaim hal itu tak biasa sebab umumnya sebuah gen bermutasi hanya pada satu situs di satu waktu.
Mutasi yang ditemukan pada pasien itu mengakibatkan feses pasien menjadi sangat menular dengan strain virus tetap hidup.
"Menyelidiki dampak fungsional dari mutasi tri-nukleotida ini akan sangat menarik," kata Prof Li.
Gen virus corona yang bermutasi saat ini juga sangat berbeda dengan gen yang ditemukan kali pertama di Wuhan.
Ilmuan menyebutkan virus corona umumnya berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan.
Namun hingga hari Senin (21/4/2020), lebih dari 10.000 strain yang diurutkan, mengandung sebanyak 4.300 mutasi, lapor China National Centre for Bioinformation.
Temuan studi tersebut menjelaskan adanya perbedaan mortalitas regional.
Virus corona memberikan ketidakpastian dimana tingkat kematian antar negara diketahui sangat bervariasi.
Hal ini akan mempengaruhi upaya pengembangan vaksin, sehingga Prof Li dan rekannya menyarankan agar kemungkinan mutasi virus corona di suatu wilayah dipertegas demi menentukan tindakan yang tepat.