Rasa bimbang selalu dirasakan Soesalit saat menjadi polisi rahasia ini.
Karena ia sebagai pejuang bangsa dan harus memata-matai bangsanya sendiri.
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, akhirnya Soesalit dapat keluar dari PID dan bergabung dengan Tentara sukarela Pemela Tanah Air (PETA).
Melansir dari kompas.com, sejarawan Hendri F. Isnaini menjelaskan, selama perang kemerdekaan putra Kartini ini menjadi panglima di Divisi III Diponegoro.
Baca Juga: Punya Niat Jahat, Australia Malah Takut dengan Kekuatan Kapal Selam Milik TNI AL
Soesalit juga pernah bergerilya di Gunung Sumbing saat Agresi Militer belanda II.
Namun karier militer Soesalit tidak begitu baik.
Pada saat berpangkat jendral Mayor atau sekarang dikenal Mayor jendral, Soesalit pernah diturunkan pangkatnya.
Dari jendral Mayor menjadi Kolonel kemudian diturunkan lagi menjadi Kementrian Perhubungan.
Namun pada peristiwa Madiun 1948 menjadi awal penderitaan Soesalit.
Pada saat pemberontakan komunis, pemerintah mendapat dokumen berisi nama Soesalit sebagai "Orang yang Diharapkan".