Penuh wibawa tapi amat sopan. Titiek merasa tenang, tidak minder, apalagi takut.
Sejak itu Titiek menjadi penyanyi istana bersama penyanyi dan pemusik lain seperti Nien dan Jack Lesmana, Fetty Fatimah, Mus Mualim, dll.
Mereka dijuluki "Lensoist" karena setiap saat mengiringi para undangan menari lenso.
Dalam masa Bung Karno membenci musik Barat yang diistilahkannya "Ngak-ngikngok", Titiek menyanyikan lagu ciptaannya, Marilah Kemari, yang berirama cepat.
Bung Karno langsung menghardik, "Eit, siapa yang meminta lagu itu?! Ayo ganti lagu, kita berlenso saja!"
Titiek yang ketakutan, belakangan lega karena yang dimarahi bukan dirinya, melainkan orang yang meminta dia melagukannya.
"Tapi marahnya tidak berpanjang- panjang. Malah menurut saya Bung Karno tidak marah, kok. Cuma gusar," kenang Titiek.
RIma Melati
Di situlah Titiek Puspa tahu, Bung Karno orang yang sangat imbang, bijak, sekaligus penuh penghargaan.
Bung Karno memang dikenal apa adanya, tidak hipokrit, dan tidak banyak menyembunyikan kenyataan.
Salah satu yang diingat Titiek Puspa adalah perihal sepatunya yang berlubang di salah satu bagian ujung.