"Kono kabarnya benda ini lagi naik daun, memanfaatkan "kepanikan" dan "ketidaktahuan" masyarakat, apapun dengan embel-embel anti virus pasti laris..ternyata, HOAX!!!!!" ungkap dr. Mita.
Menurut dr. Mita, banyak orang yang memanfaatkan keadaan dengan menggunakan artis sebagai media promosi.
"Di negara lain di banned, di Indonesia laris manis tanjung kimpul karena kita terbiasa nggumunan, dan tentu saja FOMO. Oh si artis itu pake, aku juga pake ah...ya boleh aja sih beli, tapi ya gak usah mengharapkan apa-apa dari benda kalung so called "virus shout out ini" buat hiasan doang ya bolehlah..." jelasnya.
"Emang di Indo tuh paling gampang jualan beginian. Bahasa inggrisin aja semua penjelasannya + tambahin bahasa kimia dikit. Langsung laris manis dagangan. Ojo gumunan ojo kagetan, apa-apa itu dilihat dulu, benar apa gak infonya, valid gak infornya," ujar dr. Mita.
Kalung virus shout out ini berasal dari Jepang dan diklaim sebagai kalung yang dapaf menangkal virus.
Padahal ternyata di Jepang sendiri, produk itu dilarang untuk diperjual belikan.
"Jadi itu gantungan leher kandungannya chlorine dioxide, salah satu bahan disinfektan. Tapi dipakenya digantungin doang. Logikanya, kaya kalian gantungin dettol di leher, bisa buat anti virus gak? Ya kagaaa wong ga dilap ke bagian-bagian yg mau dibersihin," tambahnya.
Menurut dr. Mita, jika benda seharga ratusan ribu itu terbukti ampuh, para dokter tidak akan lagi butuh APD saat tangani pasien.