Karena keluarga itu 'tidak normal'. Kurangnya perhatian itu terlihat sekali dari gambar gambar menyebut ayah itu banyak sekali, itu berarti ada kerinduan yang hilang dari keluarga itu," kata Arist di Polda Metro Jaya, Kamis (12/3/2020).
Dia mengatakan, selain faktor keluarga, memang ada faktor lainnya yang juga berpengaruh.
Misalnya, tontonan film hingga lingkungan sekolah atau media sosial yang bisa membentuk pribadi yang menjadi sadistis.
"Nah tentu dia juga bisa juga kalau tidak lakukan sadistis itu, dia akan lukai diri sendiri dengan percobaan bunuh diri. Jadi bukan berdiri sendiri dia lakukan tindakan sadistis itu tapi ada kontribusi di sekitarnya," ungkapnya.
Atas dasar itu, pihaknya mengaku akan menemui NF di RS Polri Kramat Jati pada hari ini, Kamis (12/3/2020).
Nantinya, Komnas PA bakal memberikan assesmen kepada tim dokter terkait penyidikan dan posisi hukum yang bersangkutan.
"Saya kira perlu anak itu diterapi secara klinis gitu. Kami akan bertemu pelaku untuk assesmen supaya kita bisa beri masukan kepada pihak kepolisian," ujarnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, NF (15) merupakan siswi SMP yang diduga telah membunuh balita APA (5) dengan cara sadis.
Kepada pihak kepolisian, dia mengaku tak bisa lagi membendung hasrat ingin membunuh.
Korban dibunuh dengan cara dibenamkan di bak mandi rumah NF.