Mereka menemukan virus corona dalam empat spesies kelelawar yang berbeda, termasuk satu virus dengan genom 96% identik dengan virus yang pertama kali ditemukan muncul pada manusia di Wuhan pada bulan Desember tahun lalu.
Virus yang ditemukan dalam kelelawar memiliki kesamaan genetik dengan virus corona tetapi berbeda dengan virus SARS.
Peter Daszak, presiden EcoHealth Alliance, sebuah organisasi penelitian swasta yang bekerja sama dengan Shi di Yunnan mengatakan pada New York Times.
Peneliti sebenarnya telah memperingatkan jenis virus ini selam bertahun-tahun.
Daszak menceritakan bagaimana beberapa orang di Yunnan pada 2017 termasuk sekitar 400 orang tinggal di dekat gua kelelawar.
Studi menemukan mereka 3% membawa antibodi terhadap virus corona terkait SARS.
Peneliti itu mengatakan hasilnya kepada ilmuwan dan mengatakan pada saat itu virus corona bukanlah fenomena baru.
"Kami tidak tahu apakah mereka pada saat itu sakit. Kami tidak tahu apakah mereka diekspos sebagai anak-anak atau orang dewasa," Daszak mengatakan kepada Times.
"Tapi yang kamu tahu adalah bahwa virus-virus ini membuat lompatan, berulang kali, dari kelelawar ke manusia," katanya.
Laporan awal tentang corona virus baru yang berasal dari pasar makanan di kota Wuhan di Cina, menunjukkan virus baru dapat dikaitkan dengan kelelawar.