Itu pula sebabnya, kematian mendadak pasangan bahu laweyan itu sering terjadi pada tengah malam.
Meski begitu, orang awam tidak akan melihat tanda-tanda bahwa korban mati karena diisap darahnya.
Mayat korban bahu laweyan serupa dengan mayat biasa lainnya. Untuk membuktikannya, Pak Supri menuturkan, perlu dilakukan cara-cara khusus yang tak bisa dilakukan sembarang orang.
Seperti yang dialaminya belasan tahun silam ketika bersama gurunya membuktikan korban kematian yang diduga akibat perkawinan dengan wanita bahu laweyan.
Baca Juga: Miris! Wanita Ini Terpaksa Kehilangan Bayinya Lantaran Dokter Salah Lakukan Aborsi
CIRI-CIRI "PEMILIK" BAHU LAWEYAN
Digantikan dengan apa pun kalau nyawa yang jadi taruhan, tak seorang pun mau mengawini seorang bahu laweyan.
Lantas, bagaimana menentukan apakah seseorang termasuk kelompok bahu laweyan?
Drs. M.M. Sukarto K. Atmodjo, ahli tulisan kuno, dalam tulisannya "Fisiognomi dalam Masyarakat Jawa" yang pernah diseminarkan tahun 1993 di Yogyakarta, secara ringkas pernah menyinggung bahu laweyan.
Bahu laweyan identik dengan wanita tipe raseksa yang selain selalu mengalahkan suami, juga suaminya lekas meninggal.