Gambar yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan sistem poin level dekomposisi tubuh untuk mengetahui interval post-mortem atau seberapa lama orang tersebut telah meninggal.
Hasilnya menunjukkan kecocokan antara sistem poin dengan fotografi time-lapse. Dengan kata lain, kamera tersebut juga bisa menjadi alat forensik yang valid.
Menurut Wilson, penemuan ini sangat penting dalam menyelidiki kematian yang misterius.
Hingga sekarang, selama tidak ada bukti bahwa mayat telah dipindahkan–baik oleh hewan atau manusia–para ilmuwan forensik umumnya menganggap bahwa posisi tubuh yang ditemukan di tempat kejadian perkara adalah posisi terakhir sebelum korban meninggal.
Namun, dengan cara terbaru ini, tim forensik bisa menggunakan time lapse untuk membuat data statistik tentang pergerakan jasad.
Pengetahuan ini bisa digunakan untuk menganalisis kejadian perkara dengan akurasi lebih baik di masa depan.
"Ahli forensik akan mampu memetakan TKP, posisi tubuh mayat dan semua bukti fisik. Mereka juga mungkin bisa menemukan penyebab kematian,” pungkas Alyson.
Artikel ini telah tayang di Nationalgeographicindonesia dengan judul,“Mayat Terus Bergerak Hingga Satu Tahun Setelah Kematian, Ini Penjelasan Peneliti”