Ketika ruangan itu tampaknya berputar di sekelilingnya, dia terus-menerus muntah. Dia tidak bisa berjalan dalam garis lurus, selalu membelok ke kiri, dan dia tidak bisa mengemudi.
Anderson mencari bantuan di rumah sakit setempat, hingga di tempat ini dia menjalani CT scan.
"Butuh waktu yang sangat lama bagi dokter untuk menemui saya sehingga saya tahu ada sesuatu yang terjadi," kenangnya.
"Dokter datang dan duduk di samping saya dan berkata, 'Saya menemukan tumor otak.' Pada saat itu, saya tahu apa artinya tetapi saya agak menyangkal karena saya tidak benar-benar memahami tingkat keparahannya."
Baca Juga: Hasilkan Rp 22,4 Miliar Per Bulan, Atta Halilintar Masuk Daftar 10 YouTuber Terkaya di Dunia
Tumor itu, berdiameter lima sentimeter, terletak di belakang telinga kanannya dan menekan batang otak, yang bertanggung jawab untuk menelan, bernapas, dan sadar, kata Sharma.
Ayah Anderson mengantarnya ke Mayo, tempat Sharma memberitahunya hasil pindaian dan gejalanya berarti dia sakit parah dan perlu segera dioperasi.
Dokter khawatir tumor itu mungkin kanker, tetapi tes menunjukkan itu tumor jinak, hemangioblastoma.
Tetap saja, jika tidak dirawat, itu akan terus tumbuh dan membunuhnya, kata Sharma.
Tidak diketahui mengapa orang mengembangkan jenis tumor ini, "hanya nasib buruk," kata Sharma.
Baca Juga: Viral, Kisah Anak Asal Cianjur yang Miliki Kebiasaan Aneh Kerap Main dan Gigit Ular Hingga Mati
Sekitar seperempat kasus dikaitkan dengan sindrom genetik, tetapi Anderson dites negatif untuk perubahan genetik tersebut.