GridHype.ID -Seperti yang kita tahu, kita tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan sedarah atau hubungan sumbang atau inses.
Pasalnya, hubungan sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah.
Baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan yang lebih buruk yakni letal (mematikan).
Namun siapa sangka, perkawinan sedarah ini justrudialami langsung oleh keluarga Whitaker.
Melansir dari nationalfeofraphic.co.id, keluarga Whitaker tinggal di sebuah kota bernama Odd, yang terletak di pedesaan West Virginia.
Beberapa anggota keluarga ini disebut memiliki kelainan mental dan fisik.
"Beberapa anggota hanya berkomunikasi melalui gerutuan dan tidak dapat berbicara. Beberapa tidak bersekolah," tulis Caitlin Hornik kepada The Sun.
Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul Living In Filth: Inside horrifying secrets of ‘most famous inbred family’ who ‘speak in grunts and live in squalor’ in town called Odd yang terbit pada 31 Mei 2022.
Keluarga Whitaker menjadi viral dan dikenal dunia internasional karena Mark Laita, seorang yang mengungkap keberadaan mereka dalam bukunya berjudul Created Equally yang terbit pada tahun 2004.
Laita menyebut kunjungannya ke kediaman Whitaker adalah "hal paling gila yang pernah dialami," ujarnya dalam sebuah podcast.
Dia tidak menerima sambutan hangat.
Menurutnya, seorang tetangga yang berada di sekitar kediaman Whitaker tiba-tiba muncul dengan marah sembari menggenggam senapan.
Tetangga itu mengancam akan menggunakan senapan itu jika Laita tidak meninggalkan keluarga Whitaker.
Tetangga di sekitarnya sangat protektif terhadap keluarga Whitaker.
Mereka tak segan untuk mengusir siapa pun yang muncul untuk memotret, mempublikasikan apalagi berani mengejek keluarga Whitaker.
Laita akhirnya berdiskusi dan bernegosiasi panjang dengan para tetangga di sekitar kediaman Whitaker.
Ia menjelaskan maksudnya hingga akhirnya diperbolehkan untuk menemui dan mempublikasi kehidupan keluarga Whitaker.
Setelah ditemui, ia menemukan sebuah keluarga yang terisolir, tertutup dari dunia luar.
Bahkan, "Mark Laita harus melakukan empat kunjungan dan memberi mereka hadiah berupa uang, makanan, dan pakaian untuk membuat mereka berbicara," tulis Mallika Singh.
Ia menulisnya kepada The Teal Mango dalam artikel berjudul The Whitaker Family: Horrors of Inbreeding yang terbit pada 9 Maret 2022.
Berkat diplomasinya dengan sekitar Whitaker, Laita berhasil kembali lagi menemui keluarga Whitaker untuk menggarap video dokumenter.
Keluarga Whitaker sangat tertutup, tidak ada yang tahu dari mana mereka berasal dan siapa orang tua mereka.
Anggota keluarga ini juga tidak pernah mengungkapkan apa pun tentang asal-usul keluarga mereka akibat adanya keterbatasan komunikasi.
Di sana, Laita menemukan sebuah hipotesis yang disimpulkan tentang adanya efek perkawinan sedarah yang terjadi dalam keluarga Whitaker.
Hipotesis ini didasari dari efek dan pola tradisi perkawinan sedarah yang umum terjadi di kawasan Virginia Barat.
"Banyak laporan mengungkap bahwa keturunan inbrida—perkawinan sedarah—menderita cacat kognitif, gangguan fungsi paru-paru, penyakit jantung dan rentan terhadap penyakit lain. Anak-anak inbrida berisiko mengalami kelainan genetik resesif," imbuhnya.
Berbagai ilmuwan dan dokter telah mengonfirmasi dan menetapkan bahwa perkawinan sedarah membuat keturunannya berisiko lebih besar mengalami cacat bawaan dan penyakit genetik.
Alhasil, akibat kecacatan yang dialami keluarga Whitaker, membuat mereka hidup di bawah penderitaan yang menyedihkan.
Kengerian menyelimuti pola kebiasaan hidup mereka sehari-hari.
"Keluarga itu tinggal di rumah jompo tidak terawat, membuat video merasa menyedihkan," tulis Kate Marina kepada The Netline dalam artikel The Whitaker family inbred story: Inbreeding may have caused the family’s health defects, terbitan 5 Januari 2022.
Tidak mungkin jika anggota keluarga Whitaker bekerja.
Itu pun mengingat pendapatan tahunan rata-rata yang rendah di barat daya Virginia Barat.
"Kami menduga bahwa keluarga tersebut berjuang untuk bertahan hidup," imbuhnya.
Kengerian dan kepayahan yang terjadi membuat Laita tergerak hatinya.
Ia lantas menawarkan makanan dan uang kepada keluarga Whitaker untuk menunjukkan niat baiknya.
Inilah juga yang membuat tetangga Whitaker menerima Laita.
Sayangnya, tidak ada hasil yang bisa mengungkap tentang kebenaran sosok Whitaker yang diduga melakukan pernikahan sedarah.
Mereka tertutup dan terlindungi sehingga akan sulit dunia melanjutkan penyelidikan ini.
Di Luwu, hubungan sedarah hingga miliki 2 anak
Melansir dari Kompas.com, AA (38) warga Luwu, Sulawesi Selatan menikah adiknya kandung (BI) hingga memiliki dua anak yag berusia 2,5 tahun dan 1,5 tahun.
Selama ini mereka berdua tinggal satu rumah dengan 4 anak.
2 anak dari hubungan BI dengan suaminya yang telah bercerai dan dua anak hubungannya dengan sang kakak.
Di rumah tersebut juga tinggal orangtua AA dan BI.
Selasa (30/7/2010), Kasat Reserse Kriminal Polres Luwu AKP Faisal Syam mengatakan AA dan BI tidak bisa dijerat hukum karena karena perbuatannya atas dasar suka sama suka.
Namun AA dan BI, beserta Ibu kedua pelaku, dan anak-anaknya, telah meninggalkan rumahnya karena warga mengusir keluarga mereka dari desa.
AA mengakui perbuatan dirinya salah dan melanggar norma agama serta norma adat.
“Ya saya keliru dan khilaf telah melakukan ini. Saya menyesal Pak, telah melakukan ini. Semoga Allah mengampuni saya,” kata AA saat ditemui di Mapolres Luwu, Selasa (30/7/2019).
Sementara itu, menurut BI, dirinya merawat dengan baik 2 anak sekaligus keponakannya itu.
“Keduanya saya perlakukan sebagai anak sendiri dan keponakan sendiri. Saya tetap memelihara dengan baik,” ucapnya.
(*)