GridHype.ID -Masih ingat dengan sosok Mbak Rara?
Yap, seluruh masyarakat Indonesia nampaknya masih ingat betul dengan sosok Mbak Rara ya.
Nama Mbak Rara melejit usai menjadi pawang hujan dalam ajang balapan MotoGP Mandalika 2022, Indonesia, Minggu (20/03/22) lalu.
Selain menjadi pawang hujan, Mbak Rara rupanya juga dikenal sebagai sosok yang disebut bisa menerawang masa depan.
Seperti dikutip dari GridFame.ID, Mbak Rara sang Pawang Hujan ternyata sempat meramal kasus Irjen Ferdy Sambo dan Brigadir J loh.
Mbak Rara memang sempat beberapa kali ikut menanggapi kasus yang sedang viral.
Salah satu kasus yang diterawangnya yaitu pembunuhan Brigadir J.
Dimana ia sempat membeberkan kalau sebetulnya bukan Ferdy Sambo lah pelakunya.
Dalam penerawangannya, ia mengatakan kalau ada santet dalam rumah Irjen Ferdy Sambo.
Ia pun membeberkan kalau ada hubungan antara Brigadir J dan istri Ferdy Sambo.
Hubungan tersebut terjadi dikarenakan Brigadir J kerasukan sosok yang mengerikan.
Bukan saja pengakuan itu yang membuat dirinya ramai diperbincangkan.
Mbak Rara juga memberikan pengakuan yang cukup mengejutkan.
Ia membeberkan kalau sebetulnya Ferdy Sambo dan istrinya itu adalah korban saja.
Sayangnya, ramalan Mbak Rara nampaknya kali ini meleset.
Ramalan tersebut sempat diunggahnya dalam akun instagramnya.
Mbak Rara mengatakan klau keluarga Ferdy Sambo terkena kiriman santet seseorang yang tak suka mereka.
"Ada kiriman santet ke keluarga di rumah itu," ungkap Mbak Rara.
Mbak Rara juga membeberkan kiriman santet itu berhasil merasuki salah satu ajudan Ferdy Sambo yaitu Brigadir J.
"Ada yang memasuki tubuh dari Brigadir J. Jadi dia tidak kuasa untuk menggerakan daya lara dan daya pikirannya saat itu," terangnya.
Hal inilah yang diyakini Mbak Rara sebagai motif pembunuhan Brigadir J.
Menurutnya, Irjen Ferdy Sambo dan istrinya adalah korban seseorang.
"Inilah yang terjadi. Ferdy dan istrinya korban dari tipu muslihat. Ada energi kematian," sambungnya.
Mbak Rara bahkan mengungkapkan bahwa keluarga Ferdy Sambo masih diberi perlindungan oleh sang pencipta.
Ia pun mengatakan bahwa sebenarnya target dari santet itu antara Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Sebenarnya keluarga dari Bapak Kadiv Irjen Ferdy Sambo masih mendapat perlindungan dari Allah SWT sehingga mereka masih hidup.
Sebenarnya targetnya kalau enggak bapak ya ibu," pungkasnya.
Sayangnya, ramalan Mbak Rara nampaknya kali ini meleset jauh.
Melansir dari Tribunnews.com, di tanggal 9 Agustus 2022 Mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, ditetapkan sebagai tersangka kasus tewasnya Brigadir J.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengungkapkan dalam peristiwa ini tidak ada aksi tembak menembak.
Ia menjelaskan peristiwa ini murni peristiwa penembakan terhadap Brigadir J oleh Bharada E atas perintah Ferdy Sambo.
"Ditemukan perkembangan baru bahwa tidak ditemukan fakta peristiwa tembak menembak seperti yang dilaporkan awal."
"Tim khusus menemukan bahwa peristiwa yang terjadi adalah peristiwa penembakan terhadap saudara J yang menyebabkan saudara J meninggal dunia yang dilakukan oleh saudara RE atas perintah saudara FS," kata Sigit dalam konferensi pers, Selasa (9/8/2022), dikutip dari tayangan Breaking News Kompas TV.
Profil Rara Istiati Wulandari
Melansir Tribun Bali via Tribunmanado.co.id, Rara Istiati Wulandari anak Indogi ini merupakan orang Bali.
Ia tinggal di sebuah apartemen di Jalan Ciung Wanara I Nomor 7, Denpasar, Bali.
"Saya memang dari kecil indigo. Keluarga saya RR itu Raden Rara trah Solo Jogja," sebut Rara.
"Dari kecil diajarkan dunia spiritual. Konon zaman dulu eyang kakung punya adik setiap tahun tepatnya satu suro menghendel upacara di Keraton Solo."
"Dan setiap tahun ada adu-adu ilmu, siapa yang menang, dia yang handel upacaranya termasuk masalah pawang hujan," kata Rara.
Bakat Keturunan
Pada periode selanjutnya, eyang kakungnya tersebut menugaskan ayah Rara untuk melanjutkan tradisi tersebut.
Namun sang ayah kurang suka dengan hal tersebut. Sang ayah akhirnya mengajari dirinya.
Rara pun mulai tahun tentang hal-hal yang bersifat gaib.
Sang ayah tahu bahwa Rara adalah anak indigo atau di Bali disebut melik.
"Saat umur tiga tahun bapak saya sakit dan diprediksi akan meninggal saat saya umur 5 tahun."
"Saya diajarin kayak paranormal activity seperti ngobrol dengan makhluk gaib, roh, termasuk mencium bau awan sebagai pertanda hujan atau tidak."
"Dan biasanya banyak yang tidak siap memiliki anak indigo, tapi bapak saya sudah siap."
"Dan bapak dulu mengaplikasikan ilmu pawang hujan itu untuk sepak bola, yakni bantu Persipura Jayapura yang dulu," kata wanita kelahiran Jayapura, 22 Oktober 1983 ini.
Tahun 1988, sang ayah meninggal dan Rara menonton video milik ayahnya tentang dunia lain.
Dan sebelum ayahnya meninggal Rara pun sempat memimpikan sang ayah akan meninggal.
Mimpi itu memang terjadi, walaupun sang ibu sempat mengatakan jika sang ayah baik-baik saja.
Dari sana Rara percaya bahwa dirinya bisa meramal apa yang akan selanjutnya dan bahkan ia meramalkan dirinya jika tetap hidup di Jogja akan susah.
Ia pun bercerita saat umur sembilan tahun sudah mampu menjadi pawang hujan.
Dia mendapatkan pundi rupiah dengan bekerja sebagai pawang hujan di acara-acara pagelaran wayang.
"Umur sembilan tahun saya sudah cari uang sendiri dari acara wayang. Waktu itu saya belum menggunakan menyan untuk menjadi pawang hujan. Saya bilang ke dalangnya kalau saya bisa bantu agar tidak hujan," paparnya.
Dengan melakoni pekerjaan tersebut, ia mendapat uang Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu dan ia merasa sangat senang.
(*)