Satu Indonesia Geger Usai Surabaya Diguyur Hujan Es Batu, BMKG Langsung Beri Penjelasan

Selasa, 22 Februari 2022 | 09:00
pxhere

Hujan es yang terjadi di Surabaya (ilustrasi)

GridHype.ID -Baru-baru ini, netizen Indonesia tengah dihebohkan dengan fenomena hujan es batu yang terjadi di Surabaya.

Tak sedikit netizen yang menyebarkan foto hingga video terkait hujan es batu yang terjadi ke media sosial masing-masing.

Dikutip dari Kompas.com, fenomena hujan es di Surabaya ini ramai disebarkan oleh masyarakat di media sosial, termasuk salah satunya Twitter.

Akun Twitter @sheibriel2 mengunggah video penampakan tumpukan es di teras rumahnya yang terjatuh bersamaan dengan hujan.

Ia menginformasikan kalau hujan es tersebut terjadi di daerah Wiyung.

Selain di daerah Wiyung, hujan es juga terjadi di beberapa wilayah Surabaya, seperti Kecamatan Lakarsantri, Kecamatan Wiyung, Kecamatan Tandes, Kecamatan Pagesangan, dan beberapa lokasi di wilayah Surabaya Barat.

Hujan es ini telah mengguyur daerah Surabaya kemarin Selasa, 21 Februari 2022.

Hujan es di Surabaya tersebut sempat membuat panik masyarakat setempat.

Hujan itu disertai dengan datangnya angin kencang.

Baca Juga: Fenomena Hujan Es Sebesar Kelereng Guyur Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Lantas, bagaimana kata BMKG terkait fenomena hujan es batu ini?

Mengutip dari BMKG via Tribunnews.com, fenomena hujan es ini merupakan hasil dari terjadinya fenomena cuaca alamiah, dan ini biasa terjadi.

Hujan Es yang lebat pada umumnya disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat.

Hujan es lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat:

- Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).

- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

- Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Baca Juga: Hujan Es Disertai Angin dan Petir Sambar Kota Bogor Sampai Bikin Genting Rumah Warga Seolah Dilempar Batu, Begini Penjelasan BMKG

- Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

- Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.

- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

- Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Sifat-sifat putting beliung/angin kencang berdurasi singkat:

- Sangat lokal

- Luasannya berkisar 5 - 10 km

- Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit

- Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba)

- Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari

- Bergerak secara garis lurus

- Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 - 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda - tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %

- Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung

- Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.

Baca Juga: Fenomena Aneh Hujan Es Berbentuk Virus Corona Terjadi di Kota Ini, Warga Anggap sebagai Pesan Tuhan untuk Tetap di Rumah

(*)

Editor : Helna Estalansa

Sumber : Kompas.com, Tribunnews.com

Baca Lainnya