GridHype.ID -Belakangan ini, kenaikan harga minyak goreng di pasaran tengah ramai diperbincangkan publik.
Kenaikan harga minyak goreng pun dikeluhkan oleh masyarakat, terutama para ibu-ibu.
Diketahui, mahalnya minyak goreng sudah terjadi sejak 3 bulan terakhir ini.
Lonjakan harga ini menjadi ironi mengingat pasokan minyak sawit di Indonesia selalu melimpah.
Bahkan mengutip dari Bobo.ID, tercatat Indonesia menjadi negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia.
Crude Palm Oil adalah salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dunia.
Sementara melansir dari Nova.ID, pemerintah menetapkan harga minyak goreng 14 ribu berlaku di seluruh kawasan Indonesia sejak Rabu (19/01/22) lalu.
Kebijakan subsidi minyak goreng dengan harga murah dari pemerintah diberlakukan selama 6 bulan ke depan.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), telah menyiapkan dana sebesar Rp 7,6 triliun yang akan digunakan untuk membiayai penyediaan minyak goreng kemasan bagi masyarakat sebesar 250 juta liter per bulan atau 1,5 miliar liter selama enam bulan.
Namun baru sehari diumumkan, masyarakat berlomba mendapatkan subsidi minyak goreng tersebut.
Antusias yang tinggi ini menyebabkan beberapa retail besar kehabisan stok minyak goreng.
Padahal pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk tidak panic buying.
"Kepada masyarakat diharapkan tidak memborong (panic buying) karena stok minyak goreng dalam jumlah yang sangat cukup," kata Mendag Lutfi, dilansir dari Kompas.com.
Tapi jangan khawatir karenakamu masih bisa membeli minyak goreng di tempat lain.
Berikut ini, sejumlah ritel anggota Aprindo selain Indomaret untuk mendapatkan minyak goreng Rp 14 Ribu:
-TipTop
-Papaya Fresh Galery
-Tomang Tol Swalayan
-Naga Pasar Swalayan
-Hypermart
-Lotte Mart
-Super Indo
-Indogrosir
-Hero Supermarket
-Asia Toserba
-Alfa Midi
-Transmart Carrefour
Baca Juga: Seisi Rumah Heran Minyak Goreng Selalu Awet, Ternyata Ini Rahasia yang Emak-emak Harus Tahu
-Toserba Yogya
Pimpinan Indomaret dan Alfamart juga telah berjanji menyetok minyak goreng subsidi ini.
Sedangkan bagi pedagang pasar tradisional atau UMKM, akan diberikan waktu seminggu untuk menyesuaikan harga ini.
"Pasar tradisional akan diberikan waktu 1 minggu untuk melakukan penyesuaian kebijakan ini. Kebijakan ini berlaku mulai Rabu 19 Januari 2022 pada tepat 00.01 waktu setempat," kata Lutfi.
Lantas, apa yang menyebabkan harga minyak goreng melonjakdi Indonesia?
Melansir dari Bobo.ID, inilah beberapa alasan mengapa minyak goreng melonjak di pasaran:
Kurangnya Pasokan Crude Palm Oil
Menurut para pengusaha dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengungkapkan, kenaikan harga minyak goreng disebabkan oleh kurangnya pasokan minyak nabati dan minyak hewani di pasar global.
Pada 2020 terjadi penurunan produksi minyak nabati dan hewani sebanyak 266.000 ton.
Penurunan produksi masih berlanjut pada 2021.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, menyebutkan, pasokan global CPO yang menyusut tak terlepas dari situasi pandemi Covid-19, terutama di Malaysia.
Produksi Sawit di Malaysia Menyusut
Berkurangnya tenaga kerja untuk perkebunan sawit di tengah situasi pandemi Covid-19 yang banyak didatangkan dari luar Malaysia menyebabkan produksi sawit menurun.
Harga CPO di Indonesia berbasis dengan harga CPO menurut Cost, Insurance, and Freight (CIF) Rotterdam, Belanda.
Sehingga saat harga CIF Rotterdam naik, harga CPO lokal juga turut naik.
Krisis Energi Selama Pandemi
Krisis energi di sejumlah kawasan, seperti di Uni Eropa, China, dan India, ditengarai memicu peralihan sumber energi ke minyak nabati lewat energi terbarukan.
Ketika sumber lain minyak nabati relatif lebih terbatas, CPO jadi pilihan yang tersedia dan bahkan relatif lebih murah.
Artinya, pasokan CPO untuk tujuan penggunaan konsumsi seperti minyak goreng ini pun makin menyusut pula.
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, tren kenaikan harga CPO sudah terjadi sejak Mei 2020 juga disebabkan turunnya pasokan minyak sawit dunia.
Hal ini terjadi seiring dengan turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil terbesar.
(*)