GridHype.ID - Beberapa orang merasa tak pede jika bepergian tanpa menggunakan deodoran.
Penggunaan deodoran bertujuan untuk mengurangi bau badan dan keringat berlebih.
Keringat berlebih sendiri bisa disebabkan oleh aktivitas fisik atau cuaca yang panas.
Namun, sebagian orang mengalami gangguan kelebihan keringat atau disebut juga sebagai hiperhidrosis.
Lebih parahnya lagi, kelebihan keringat ini sering kali disertai dengan bau badan yang tidak segar.
Kalau sudah begini, pertolongan pertama yang terlintas di pikiran Kawan Puan pastinya adalah deodoran, bukan?
Deodoran memang dapat mencegah bau badan akibat bakteri yang menempel di keringat.
Selain mengandung antibakteri, sejumlah deodoran juga dilengkapi dengan kandungan antiperspiran.
Tujuannya tak lain adalah menghalangi kelenjar keringat yang berada di ketiak untuk mengeluarkan keringat berlebih.
Akan tetapi, banyak isu kurang mengenakkan soal deodoran yang bertebaran di dunia maya.
Salah satunya mengatakan bahwa penggunaan deodoran, terutama yang mengandung antiperspiran berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan isu yang beredar, deodoran dianggap berbahaya karena dapat memicu kanker payudara.
Sebenarnya, ketakutan ini bukannya muncul tanpa alasan.
Tuduhan deodoran menyebabkan kanker payudara sebetulnya datang dari beberapa penelitian.
Salah satu studi pada tahun 2003 mengaitkan kebiasaan mencukur bulu ketiak dan penggunaan deodoran yang mengandung alumunium dengan risiko terjangkit kanker payudara.
Baca Juga: Kanker Payudara Mengancam Wanita di Dunia, 7 Makanan Ini Ternyata Bisa Jadi Pencegahnya
Studi ini dan beberapa studi lainnya lah yang berkontribusi terhadap maraknya isu tak menyenangkan soal deodoran ini.
Disebutkan bahwa kandungan alumunium memiliki pengaruh pada kadar hormon estrogen pada tubuh.
Estrogen ini lah yang dianggap sebagai biang kerok yang memicu pertumbuhan dan perkembangan sel kanker payudara.
Disebutkan pula jika tubuh akan menyerap kandungan alumunium dari penggunaan deodoran secara terus-menerus.
Tapi jangan panik dulu.
Dilansir dari studi lainnya, nyatanya kandungan alumunium dari antiperspiran yang diserap oleh kulit jumlahnya sangat sedikit.
Alumunium yang terserap hanya sekitar 0.012%, angka ini lebih kecil dibandingkan dengan kandungan alumunium yang dapat diserap tubuh dari makanan.
Baca Juga: Jadi Tak Salah Ambil Tindakan, Alat Kian Canggih, Deteksi Dini Kanker Payudara Kian Mudah
Karenanya, penggunaan deodoran antiperspiran ini tak berpengaruh signifikan pada penumpukan alumunium dalam tubuh.
NIH National Cancer Institute pun menyebutkan jika belum ada penelitian terkini yang benar-benar membuktikan aluminium berkontribusi pada peningkatan risiko kanker payudara.
Tak hanya alumunium, kandungan paraben yang digunakan sebagai bahan pengawet pada beberapa produk deo juga dituduh berkaitan dengan tumor payudara.
Namun, lagi-lagi NIH National Cancer Institute meyakinkan bahwa tak ada bukti yang cukup untuk menyebutkan paraben sebagai pemicu tumor atau kanker payudara.
Fakta ini menandakan jika tuduhan yang disematkan pada deodoran antiperspiran tersebut belum dapat dibuktikan.
Karenanya, penggunaan deodoran antiperspiran yang mengandung alumunium dan paraben hingga saat ini masih dinilai aman.
(*)