Jadi Tak Salah Ambil Tindakan, Alat Kian Canggih, Deteksi Dini Kanker Payudara Kian Mudah

Rabu, 25 Agustus 2021 | 16:45
pinterest

Mendeteksi kanker payudara dengan mammografi

GridHype.ID - Perkembangan teknologi semakin memudahkan aktivitas manusia.

Kecanggihan teknologi ini juga mempengaruhi berkembangnya alat medis.

Hal ini tentunya menjadi kabar baik pasalnyatingkat akurasi menjadi lebih baik.

Pada pemeriksaan kanker payudara, dalam hal ini deteksi dini, penggunaan alat canggih juga membantu ahli memberikan dioagnosis akurat.

Namun secanggih apa pun alat medis, sebagian orang yang mampu secara ekonomi melakukan pemeriksaan, masih terkalahkan rasa takut menjalani pemeriksaan atau pengobatan kanker payudara.

Menurut spesialis radiologi, Nina ISH Supit, alat medis yang canggih seperti mamografi digital memberikan kualitas gambar lebih baik.

Diagnosis pun menjadi lebih akurat. Nina mencontohkan, bagaimana teknologi mamografi canggih yang belum tersedia di Indonesia 10 tahun lalu menyulitkan pemeriksaan dini kanker payudara.

"Pemeriksaan sulit untuk payudara kecil, karena sulit ditekan, sehingga stuktur yang masuk sedikit.

Baca Juga: Tak Cuma Rasanya yang Enak, 4 Jenis Makanan Ini Ternyata Ampuh Turunkan Risiko Kanker Payudara, Ayo Dicatat!

Ukuran payudara besar juga membingungkan karena film mamografi belum ada yang besar.

Namun dengan majunya ternologi, ukuran payudara tidak jadi masalah dalam pemeriksaan," ungkapnya kepada Kompas Health di sela workshop edukasi publik kanker payudara diadakan Tahir Foundation dan Pink Shimmerinc, di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan, Jumat (14/2/2014).

Dalam paparannya saat workshop, Nina mengatakan deteksi dini kanker payudara dengan mamografi dan ultrasonografi masih menjadi rekomendasi.

Deteksi dini menjadi penting karena 75 hingga 85 persen tumor payudara ditemukan saat melakukan Sadari (Periksa payudara sendiri) dan kanker payudara kerap diderita tanpa adanya keluhan.

Mamografi juga memberikan hasil terbaik dengan tingkat akurasi 75 hingga 90 persen, sensivitas 65 hingga 95 persen, dan spesifitas 75 persen.

"Mamografi bersamaan dengan ultrasonografi akan lebih maksimal.

Baca Juga: Bukan Cuma Benjolan, Kenali 5 Gejala Lainnya yang Bisa Kamu Rasakan Sendiri

Mamografi biasanya untuk di atas usia 40 saat jaringan lemak di payudara semakin banyak sehingga tumor kecil bisa kelihatan.

Pemeriksaan dengan usg biasanya untuk usia muda," ungkapnya.

Sementara menurut penyintas kanker payudara pendiri Pink Shimmerinc, Dinda Nawangwulan, meski fasilitas pemeriksaan tersedia, dengan teknologi canggih, pengobatan medis juga semakin baik dengan teknik kian maju, kendalanya kembali kepada kemauan untuk memeriksakan diri atau untuk berobat.

"Biaya tinggi memang masih menjadi kendala dalam pemeriksaan dan pengobatan kanker payudara.

Namun mau tidaknya berobat itu lebih besar pengaruhnya.

Ada yang punya dana dan fasilitas pemeriksaan, namun tidak mau melakukan karena ketakutan," jelasnya pada kesempatan yang sama.

Dinda mengatakan kesadaran untuk mau berusaha memeriksakan diri atau berobat, terutama saat sudah muncul gejala, masih rendah.

Baca Juga: Tak Perlu Rogoh Kocek, Berjalan Kaki Bisa Cegah Berbagai Penyakit Berbahaya, Dari Kanker Usus hingga Kanker Payudara

Inilah yang membuatnya aktif melakukan program edukasi kanker payudara bekerjasama dengan berbagai pihak.

"Apa susahnya cek dengan USG atau mamografi," tegas Dinda yang menjalani pengobatan kanker payudara lima tahun lamanya.

Menurutnya, dengan semakin canggihnya alat medis, siapa pun yang memiliki faktor risiko tinggi kanker payudara tak perlu takut memeriksakan diri.

Begitu pun bagi mereka yang sudah mulai merasakan adanya gejala,pemeriksaan dan pengobatan perlu dilakukan.

Karena jika terlambat, pengobatan bisa berlangsung lebih lama, bisa sampai puluhan tahun.

Dinda bercerita ia melakukan deteksi dini dan mendapati dirinya terkena kanker payudara stadium satu, grade tiga pada usia 30.

Baca Juga: Tiga Bahan Ini Bisa Sebabkan Kanker Payudara, Perhatikan Barangkali Ada di Rumah

Meski awalnya takut, Dinda mengaku lebih percaya diri dengan banyaknya dukungan positif terutama dari keluarga.

Dukungan inilah yang kemudian mendorongnya segera bertindak mencari solusi, melakukan mastektomi dilanjutkan rekonstruksi payudara.

"Sekarang alat makin canggih, teknik makin maju, cara pengobatan lebih baik.

Wanita tidak perlu merasa down. Pengangkatan payudara tidak harus selalu dilakukan.

Bisa dengan angkat tumor dan terapi, mungkin lebih banyak kemoterapi, atau treatment berkala ditambah.

Jadi tidak perlu takut apalagi jika ada biaya," tandasnya.

Baca Juga: Perempuan Indonesia Wajib Tahu, 6 Faktor Terjadinya Kanker Payudara, Genetik Berperan Besar?

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas