5 Pandemi Terburuk yang Pernah Melanda Dunia Jauh Sebelum Covid-19, Begini Cara Mereka Mengakhirinya

Sabtu, 24 Juli 2021 | 11:45
Pixabay.com

Ilustrasi pandemi Covid-19

Gridhype.id- Pandemi Covid-19 telah menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia.

Pandemi yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China pada Desember 2019.

Dengan waktu singkat, virus yang dinamakan Covid-19 ini telah menyebar ke 223 negara.

Berdasarkan data terbarudari laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada 23 Juli 2021 kemarin, virus Covid-19 telah menewaskan sedikitnya 4.136.518 juta jiwa di seluruh negara yang terjangkit.

Dengan kasus yang terkonfirmasi saat ini mencapai 192.284.207 kasus.

Berbagai upaya ditempuh untuk mengakhiripandemi Covid-19 yang semakin berkepanjangan.

Mulai dari menerapkan protokol kesehatan hingga melakukan vaksinasi masal.

Hingga kini belum ada obat yang ampuh untuk menangkal virus Covid-19.

Jauh sebelum Covid-19 menjangkit manusia saat ini, beberapa pandemi buruk lainnya yang merenggut banyak nyawa juga pernah terjadi.

Lantas bagaimana pandemi buruk tersebut bisa selesai?

Dilansir dari laman History, Sabtu (24/7/2021) berikut catatan sejarah mengenai 5 pandemi terburuk di dunia yang pernah terjadi.

Baca Juga: 7 Makanan Tak Disangka-sangka ini Ternyata Miliki Kandungan Vitamin D yang Tinggi untuk Tingkatkan Imun Tubuh di Masa Pandemi Covid-19

Cacar Air

freepik.com
freepik.com

Cacar air

Selama berabad-abad, cacar air merupakan penyakit endemic di Eropa, Asia, dan negara-negara Arab.

Penyakit ini menewaskan 3 dari 10 orang yang terinfeksi, sisanya mengalami bekas luka yang cukup parah.

Sekelompok orang yang membawa penyakit ini dari masa lampau ke dunia modern adalah para penjelajah Eropa.

Populasi yang kini menempati wilayah Meksiko dan AS memiliki nol imunitas terhadap cacar air.

Dengan munculnya para penjelajah Eropa, angka kematian di dua wilayah tersebut mencapai puluhan juta orang.

Beberapa abad kemudian, cacar merupakan virus epidemi pertama yang memiliki vaksin.

Butuh waktu setidaknya dua abad kemudian, yaitu 1980-an, World Health Organization mengumumkan cacar air akhirnya kandas dari muka bumi.

Kolera

Pada awal abad ke-19, penyakit kolera menguasai Inggris, menewaskan puluhan ribu orang.

Adalah John Snow, dokter yang menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari air minum.

Snow kemudian meyakinkan pemerintah setempat untuk mengganti handle di sumber air Broad Street, kemudian infeksi kolera pun berkurang seketika.

Hal yang dilakukan Snow menjadi acuan banyak pihak untuk memperbaiki sanitasi, dan menjaga kebersihan air minum dari kontaminasi bakteri.

Saat ini, kolera telah tereliminasi dari negara-negara maju.

Namun di negara-negara dunia ketiga, kolera masih menjadi momok karena terbatasnya akses air bersih.

Baca Juga: Empat Makanan Ini Punya Kandungan Tinggi Vitamin B1, Ampuh Seimbangkan Daya Tahan Tubuh Saat Pandemi

Plague of Justinian

Tiga pandemi paling mematikan di dunia diakibatkan oleh bakteri yang sama, yaitu Yersinia pestis.

Plague of Justinian adalah wabah yang menginvasi Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Byzantine yang kini menjadi Kota Istanbul di Turki.

Sejarah mencatat, wabah tersebut tersebar pada tahun 541 masehi.

Yersinia pestis dibawa dari Mesir melalui Laut Mediterrania. Bakteri tersebut menempel pada tikus hitam yang berkeliaran di kapal.

Wabah ini mematikan Konstantinopel dan menyebar seperti kobaran api ke Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Semenanjung Arab.

Diperkirakan 30-50 juta orang meninggal, sekitar setengah populasi dunia waktu itu.

“Pada saat itu yang dilakukan hanya menghindari yang sakit. Besar keyakinan pada waktu itu pandemi berakhir karena orang yang terinfeksi dan masih hidup menghasilkan imunitas,” tutur Thomas Mockaitis, profesor sejarah di DePaul University.

Black Death

800 Tahun usai Plague of Justinian, wabah yang sama melanda Eropa.

Pandemi ini terjadi pada 1347, dan disinyalir menewaskan 200 juta nyawa hanya dalam 4 tahun.

Mockaitis mengatakan hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun pasti ada hubungannya dengan karantina.

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Pada awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari. Hukum Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino.

Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.

Baca Juga: 7 Makanan Berbahaya di Dunia yang Bisa Sebabkan Kematian, Salah Satunya Mengandung Sianida, Yakin Masih Mau Dimakan

The Great Plague of London

Usai Black Death, wabah tersebut kembali setiap 20 tahun mulai dari 1348 – 1665.

Terdapat 40 kali wabah selama 300 tahun.

Hingga akhirnya pada awal tahun 1500-an, pemerintah Inggris mengumumkan peraturan untuk memisahkan dan mengisolasi orang sakit.

Rumah orang yang terkena wabah diberikan penanda di bagian depannya.

The Great Plague terjadi pada 1665, menewaskan sekitar 100.000 warga London hanya dalam waktu 7 bulan. Semua ruang public ditutup dan orang yang terinfeksi wajib mengisolasi dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit.

Mereka yang tewas dimakamkan secara massal. Begitulah pandemi ini berakhir.

Lantas bagaimana pandemi Covid-19 yang tengah menghantui di seluruh penjuru dunia ini akan berakhir?

(*)

Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu! 3 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi Covid-19, Tetap Bahagia Meski di Rumah Aja

Tag

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber WHO, History, covid19.go.id