100 Tahun Lamanya Berkonflik, Fakta di Balik Sengketa Palestina-Israel yang Tak Kunjung Usai

Rabu, 12 Mei 2021 | 11:45
wordpress

Palestina vs Israel

GridHype.ID - Ratusan warga Palestina dikabarkan meregang nyawa dan lebih dari 20 polisi Israel terluka dalam bentrokan di Yerusalem.

Bantrokan diketahui baru-baru ini terjadi menyusul kenaikan ketegangan selama satu bulan terakhir.

Namun perlu dikethaui jika konflik antara Israel dan Palestina itu sendiri telah berlangsung puluhan tahun.

Bagaimana awal mulanya? Berikut sejumlah fakta penting dan penjelasannya.

Baca Juga: Dengar Kondisi Asli Palestina dari Pemuda Gaza, Baim Wong Kaget Jakarta Disebut Seperti Surga

Masalah 100 tahun

Inggris mengambil alih kawasan yang dikenal sebagai Palestina setelah penguasa sebagian wilayah Timur Tengah, Kesultanan Utsmaniyah, kalah dalam Perang Dunia Pertama.

Wilayah itu ditempati oleh bangsa minoritas Yahudi dan bangsa mayoritas Arab. Ketegangan antara dua kelompok tersebut meningkat ketika masyarakat dunia menugaskan Inggris untuk mendirikan "rumah nasional" di Palestina bagi warga Yahudi.

Bagi orang Yahudi, wilayah itu adalah tanah air leluhur mereka, tetapi warga Arab Palestina juga Antara tahun 1920-an hingga 1940-an, jumlah orang Yahudi yang datang ke wilayah itu bertambah.

Banyak di antara mereka adalah orang Yahudi yang menyelamatkan diri dari persekusi Eropa dan mencari tanah air sesudah Holocaust Perang Dunia Kedua.

Kekerasan antara Yahudi dan Arab, dan aksi menentang kekuasaan Inggris, juga meningkat.

Pada 1947, PBB memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina.

Baca Juga: Wilayah Palestina Hilang dari Google Maps, Kemarahan Netizen Meledak Sampai Perusahaan Google Turun Tangan

Adapun Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional.

Pengaturan itu diterima oleh kalangan pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh bangsa Arab dan kemudian tidak pernah diterapkan.

Pembentukan Israel dan "malapetaka"

Karena tidak bisa menyelesaikan masalah, pada 1948 penguasa Inggris angkat kaki dan para pemuka Yahudi mendeklarasikan pembentukan negara Israel.

Banyak warga Palestina menolaknya dan kemudian pecah perang.

Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan.

Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam perisyiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".

Menjelang akhir pertempuran satu tahun kemudian melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah.

Baca Juga: Berdalih Cegah Penularan Covid-19, Militer Israel Hancurkan Pos Pemeriksaan Virus Corona Palestina

Yordania menduduki wilayah yang kemudian menjadi Tepi Barat, dan Mesir menguasai Gaza.

Yerusalem dibagi antara pasukan Israel di bagian Barat, dan pasukan Yordania di bagian Timur.

Karena tidak pernah ada perjanjian perdamaian - kedua belah pihak saling menyalahkan - terjadi lah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.

Peta wilayah sekarang

Dalam perang berikutnya pada 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, dan juga sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah, Gaza dan Semenanjung Sinai yang dikuasai Mesir.

Mayoritas pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat.

Mereka juga tinggal di negara tetangga Suriah, Yordania dan Lebanon.

Baca Juga: Termakan Isu Rasisme, Satu Keluarga Ini Tewas Dibakar Hidup-hidup, Kematian Mereka Menjadi Duka bagi Ribuan Rakyat Palestina Namun Justru Dirayakan Warga Israel

Israel tidak mengizinkan para pengungsi itu dan keturunan mereka pulang ke rumah mereka sendiri.

Israel beralasan kepulangan pengungsi akan membebani negara itu dan mengancam keberadaan negara itu sebagai negara Yahudi.

Israel masih menduduki Tepi Barat, dan meskipun sudah mundur dari Gaza, PBB masih menganggap wilayah itu sebagai bagian dari wilayah yang diduduki Israel.

Israel mengakui seluruh Yerusalem sebagai ibukotanya, sedangkan Palestina menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya di masa depan.

Amerika Serikat adalah salah satu dari segelintir negara yang mengakui klaim Israel atas seluruh wilayah kota tersebut.

Selama 50 tahun terakhir, Israel telah membangun permukiman di daerah-daerah itu yang kini ditempati oleh lebih dari 600.000 warga Yahudi.

Palestina menegaskan pembangunan itu melanggar hukum internasional dan menjadi batu sandungan dalam perundingan perdamaian, tetapi Israel menepisnya.

Baca Juga: Sekte Yahudi Ortodoks Ini Ingin Bubarkan Israel dan Dukung Kemerdekaan Palestina karena Alasan Ini

Apa saja masalah utamanya?

Israel dan Palestina gagal mencapai titik temu dalam sejumlah masalah.

Di antaranya adalah apa yang dilakukan terhadap pengungsi Palestina, apakah permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel dibiarkan atau dibongkar. Masalah lain terkait dengan Yerusalem, apakah kedua pihak seharusnya berbagi kota itu.

Dan yang mungkin paling pelik adalah apakah negara Palestina semestinya didirikan berdampingan dengan Israel.

Selama 25 tahun terakhir, perundingan perdamaian kadang kala digelar, namun hingga kini belum berhasil menyelesaikan konflik.

Bagaimana prospek masa depannya?

Singkat kata, konflik Palestina-Israel belum akan terselesaikan dalam waktu dekat.

Rencana paling baru, yang ditawarkan Amerika Serikat ketika Donald Trump menjabat presiden, ditolak oleh Palestina karena dianggap condong ke Israel dan pada akhirnya tidak pernah diterapkan.

Sampai ada penyelesaian,maka konflik Palestina-Israel akan terus berlanjut.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya