GridHype.ID - Kisah Tragis keluarga asal Palestina ini menjadi soroatan dunia pada 2015 lalu.
Kala itu dikabarkan seorang bayi bersama dengan kedua orang tuanya meninggal secara mengenaskan di rumahnya.
Keluarga malang itu menjadi korban atas isu rasisme yang dipercaya pelaku.
Selain ketiga orang yang meninggal dunia, ada satu orang korban lagi yang saat itu masih berusia lima tahun.
Bocah malang tersebut berhasil selamat dari maut, namun kondisi tubuhnya memprihatinkan setelah api menimbulkan luka sekitar 80 persen dari tubuhnya.
Bocah yang selamat ini juga pernah diundang langsung ke Stadion Santiago Bernabeu pada 2016 di mana dia bertemu dengan sejumlah bintang Real Madrid saat itu, seperti Christiano Ronaldo dan Gareth Bale.
Undangan tersebut diberikan setelah sang bocah sering mengenakan seragam Real Madrid setelah keluar dari rumah sakit, tentunya dengan sejumlah perban di tubuhnya.
Foto-foto tersebut kemudian menyebar secara viral sehingga menggugah manajemen klub.
Kini, setelah lima tahun, sang bocah mungkin bisa sedikit tersenyum, setelah salah seorang pelaku pembunuhan kedua orang tua dan adiknya dituntut hukuman tiga kali seumur hidup.
Kasus yang menimpa bocah bernama Ahmed Dawabsheh, terjadi di rumah keluarga Dawabsheh di rumah mereka di pinggiran kota Nablus, Tepi Barat.
Rumahnya terbakar setelah para pelaku melemparkan bom botol ke rumah tempatnya tinggal.
Bocah malang tersebut, tidak hanya harus merasakan perih dan sakitnya luka bakar di hampir sekujur tubuhnya, tapi juga harus kehilangan keluarga intinya.
Ayahnya Saad Dawabsheh, ibunya Riham Dawabsheh, serta adiknya Ali Dawabsheh yang saat itu masih berusia 18 bulan.
Saking geramnya dan berdukanya warga Palestina pada kasus terorisme tersebut, pemakaman Riham Dawabsheh sampai dihadiri ribuan orang.
Riham meninggal karena luka-luka yang dideritanya, lebih dari sebulan setelah aksi pembakaran atas rumahnya.
Dalam serangan itu, bayinya yang berusia 18 bulan, Ali, tewas sementara suaminya, Saad, meninggal di rumah sakit beberapa pekan kemudian.
Rumah mereka adalah satu dari dua rumah di Desa Duma yang dibakar dan dicoret dengan berbagai slogan dalam bahasa Ibrani, antara lain dengan bertuliskan 'pembalasan'.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya menyebut serangan tersebut sebagai tindakan terorisme.
Akan tetapi kegeraman warga Israel dan pernyataan Netanyahu tak menghentikan tindakan tak terpuji lain terkait kasus ini.
Video amatir yang kemudian ditayangkan sebuah stasiun televisi Israel itu memperlihatkan warga Yahudi garis keras menari sambil membawa senjata api, pisau dan bom Molotov.
Sambil menyanyi mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Palestina dan menusuk sebuah foto Ali, bayi berusia 18 bulan itu.
Rekaman video itu ditayangkan stasiun televisi Channel 10 yang menyebut bahwa pasangan yang sedang menikah itu dikenal merupakan anggota garis keras Yahudi dan memiliki kenalan yang mengetahui tersangka pembunuh Ali.
Setelah polisi menangkap ke-13 orang itu, mereka dihadapkan ke pengadilan di Jerusalem yang pada Rabu (26/10/2016) menjerat mereka dengan dakwaan melakukan aksi terorisme.
Menunggu lima tahun
Namun, meski menjadi sorotan dunia dan disertai pernyataan Netanyahu untuk menindak para pelaku, faktanya kasus ini seolah berjalan di tempat selama lima tahun.
Baru pada 9 Juni 2020 ini, diberitakan bahwa Jaksa penuntut negara bagian meminta Pengadilan Negeri Lod untuk menjatuhkan tiga hukuman seumur hidup dan 40 tahun tambahan di balik jeruji besi kepada pelaku.
Pelaku bernama Amiram Ben Uliel ini sendiri sudah divonis bulan lalu atas tiga dakwaan pembunuhan, dua dakwaan percobaan pembunuhan dan dua dakwaan pembakaran, tetapi dibebaskan dari tuntutan terkait keterlibatan dalam organisasi teror.
Pada 12 Juli, pengadilan akan menjatuhkan hukuman untuk Ben-Uliel yang juga merupakan seorang ayah dari satu orang anak tersebut.
Kakek Ahmad, Hussein, dan pamannya Nasr, yang telah merawatnya sejak kejadian itu, memberikan kesaksian pada persidangan hari Selasa mengenai dampak serangan terhadap keluarga mereka.
Hussein menyebut kondisi "penyiksaan" pada tahun-tahun awal setelah pengeboman, setengahnya ia habiskan di rumah sakit tempat Ahmad pulih dari luka bakar parah.
"Setiap hari, Ahmad bertanya, tolong, untuk melihat orang tuanya," Hussein berkisah.
Ahmad mungkin tidak akan lagi melihat orang tuanya secara langsung, tapi semoga kelak dia bisa melihat keadilan untuk tindakan keji yang dilakukan kepada kedua orang tua dan adiknya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kematian Bayi Ini Ditangisi Ribuan Warga Palestina Namun Malah Dirayakan Warga Israel, Pembunuhnya Kini Dihadapkan 3 Hukuman Seumur Hidup