GridHype.ID - Kapal raksasa kontainer, Ever Given terjebak di Terusah Suez.
Sudah 6 hari lamanya Terusan Suez ditutup gara-gara terjebaknya Kapal Ever Green.
Hal ini ternyata berdampak pada ekspor impor negara-negara di dunia.
Dilansir dari Kompas.com, Kabar baik datang pada hari keenam Terusan Suez ditutup, yaitu kapal Ever Given yang akhirnya bisa bergerak sedikit, Minggu (28/3/2021).
Para petugas mengatakan, mereka berhasil menggerakkan buritan dan kemudi kapal Ever Given setelah kapal keruk menggali sekitar 20.000 ton pasir dari sekitar haluannya.
The Independent mewartakan, total 9.000 ton air pemberat juga dikeluarkan dari kapal Evergreen (sesuai nama operator yang tertera di lambung) untuk meringankan bobotnya.
Baca Juga: Foto Aneh tapi Nyata, No Editan! Berikut Penjelasan Soal Foto Kapal Melayang di Tengah Lepas Pantai
Evakuasi kapal Ever Given mengalami sedikit kemajuan, tetapi masih belum jelas kapan kondisi Terusan Suez macet bisa berakhir.
Sebanyak dua upaya untuk mengeluarkan kapal berbobot 200.000 ton dengan panjang 400 meter dan lebar 59 meter itu sempat gagal pada Sabtu (27/3/2021).
Terusan Suez sendiri merupakan arteri sepanjang 193 km yang menghubungkan Mediterania ke Laut Merah.
Baca Juga: Ditemukan Beberapa Bukti di Sekitar Titik Lokasi Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ182
Dilansir dari Intisari Online, Terusan ini diresmikan pada November 1869 di bawah Khedive Ismail, penguasa Mesir pada saat itu.
Ferdinand De Lesseps dari Prancis telah meyakinkan Abbas Pasha, penguasa Mesir sebelumnya, untuk menggali kanal.
Penggalian dilakukan oleh orang Mesir dan menurut Nasser dalam pidato nasionalisasinya, 120.000 pekerja tewas selama penggalian.
Baca Juga: Mana Gambar Kapal yang Kamu Sukai? Yuk Dipilih, Hasilnya Bisa Ungkap Karakter Aslimu
Tetapi tidak ada arsip akurat yang mendukung argumen hal ini.
Buku The Suez Canal… An Epic story of a People and the Dream of Generations yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan di Mesir pada tahun 2014, mengklaim bahwa sekitar 1 juta pekerja Mesir ikut serta dalam penggalian tersebut, dan sekitar 100 ribu orang tewas.
Yang menjelaskan jumlah besar pekerja yang terlibat adalah perlakuan tidak manusiawi terhadap para pekerja.
Baca Juga: Tak Ingin Kecolongan, Jepang Sulap Kapal Perang Jadi Kapal Induk Guna Melawan Tiongkok!
Peneliti Prancis Nathalie Montel dalam bukunya Le Chantier du Canal de Suez (1859-1869) yang diterjemahkan oleh sejarawan Mesir Raouf Abbas, menjelaskan beberapa para pekerja mengalami kesulitan seperti kurangnya air minum yang penting di tengah panas gurun yang terik.
Dia menjelaskan bahwa kerja paksa adalah cara mendapatkan pekerja Mesir sesuai dengan keputusan Said Pasha penguasa Mesir saat itu.
Sekitar 10.000 pekerja akan dibawa setiap bulan untuk bekerja, dan setelah 1861 jumlahnya mencapai 25.000.
Lebih dari 1,5 juta orang dari berbagai negara dipekerjakan, dan ribuan pekerja meninggal, banyak dari mereka karena kolera dan epidemi serupa.
Peneliti Prancis menggambarkan dua gaya hidup di sekitar terusan.
Yang pertama melibatkan restoran, toko roti, kafe, salon, dan bar untuk elit asing, dan yang kedua adalah kehidupan yang menyedihkan bagi para pekerja paksa yang akan menderita karena kehausan, penghinaan, dan ketidakadilan.
Menurut catatan medis yang disimpan di Perpustakaan Alexandria, penyakit yang paling banyak diderita para pekerja adalah penyakit paru, diare ekstrim, disentri, hepatitis, cacar, dan tuberkulosis.
Baca Juga: Ketegangan di Laut China Selatan Belum Juga Reda, Kapal Nelayan Vietnam Diserang Dua Kapal China
Pada musim panas tahun 1865 kolera ditambahkan ke daftar ini dan sangat mematikan sehingga perusahaan tidak bisa mendapatkan cukup banyak orang untuk mengangkat mayat untuk dikuburkan di gurun.
Selain itu, para pekerja terkena zat cair yang mengandung fosfor terbakar dan menyebabkan ribuan penyakit mematikan yang aneh.
Pekerja akan disaring di kota Al Zaqaziq: mereka yang terlihat lemah ditolak, mereka yang bertubuh kuat akan dikirim dalam empat hari berjalan kaki ke terusan sambil diikat dengan tali.
Masing-masing dibekali sebotol air dan sepotong roti kering.
(*)