Sepele tapi Berefek Besar, IDI Anjurkan Semua Jendela Ruangan untuk Selalu Dibuka di Masa Pandemi Corona Ini, Kenapa?

Jumat, 12 Maret 2021 | 15:15
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih

GridHype.ID - Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih meminta agara pemerintahmenyosialisasikan anjuran membuka ventilasi atau jendela di semua ruangan atau tempat umum, baik tempat usaha, perkantoran, sekolah, tempat ibadah, dan lainnya.

Pasalnya hal itu bisa jadi sebuah cara pencegahan penyebaran virus, selain himbauan untuk melakukan protokal kesehatan 3 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan).

Ia menyampaikan dengan tindakan sederhana seperti membuka jendela, maka dapat menghilangkan viral load dari orang tanpa gejala.

Baca Juga: 1,1 Juta Dosis Penawar Virus Corona dari Inggris Tiba di Tanah Air, Apa Bedanya Vaksin AstraZeneca dengan Buatan China Sinovac?

"Ventilasi yang terbuka dapat menghilangkan viral load dari orang-orang yang asimtomatik atau orang tanpa gejala."

"Jika tidak ada jendela maka bisa menggunakan pembersih udara atau air purefier," jelas Daeng lewat keterangan pers, Kamis (11/3/2021).

Melansir dari Wartakota, Daeng menerangkan, dari data yang didapat, penularan virus dapat melalui aerosol, sehingga paling sulit mengendalikan orang-orang yang asimtomatis atau tanpa gejala.

WHO mengingatkan dunia bahwa penyebaran SARSCOV-2 adalah transmisi airborne (melalui droplet udara) microdroplets (5pm).

Transmisi aerosol tidak mesti batuk atau bersin, bernapas normal juga dapat menularkan.

Ketika bernapas dan berbicara pun dapat mengeluarkan virus.

Penyebaran dalam bentuk droplets (batuk, bersin, nafas dan berbicara) berukuran >5 pm akan mengendap di lantai, sedangkan ukuran

Baca Juga: Terpapar dengan Cara Tak Terduga, Rina Nose Ngaku Dinyatakan Positif Covid-19 Usai Tersedak Nasi

Ukuran aerosols virus terbanyak (0.5 hingga 5 pm) adalah ukuran paling lazim terhirup napas.

Penularan dapat terjadi tanpa disadari karena data global 1 dari 3 orang bisa bersifat asimptomatik / pre-symptomatik (tidak bergejala, tetapi mempunyai kemampuan menyebarkan virus sama dengan orang terinfeksi yang bergejala).

"Apabila ada seseorang yang terinfeksi baik bergejala maupun tidak bergejala, secara tidak disadari mengembuskan napas pun dapat menyebarkan virus," tuturnya.

Dilaporkan, saat orang terinfeksi akan menyebarkan virus dengan rata-rata penularan terjadi 35% dari droplet (terutama jarak dekat), 57% dari inhalasi (microdroplet), dan hanya 8.2% dari kontak.

Pada keadaan ruangan yang tertutup, di mana udara berputar-putar, atau transmisi pada ruang konferensi dengan udara AC yang berputar-putar, maka berpotensi menjadi masalah.

Oleh karena itu, sistem ventilasi pada umumnya saat ini adalah dengan menggunakan AC central, dengan sirkulasi udara yang buruk dan kurang cahaya ultraviolet, maka virus SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup hingga 3 jam dalam ruangan.

Faktor lain seperti iklim, cuaca, suhu, kelembaban dan sinar matahari juga mempengaruhi penyebarannya.

Baca Juga: Menuju Kehidupan Normal Usai Diserang Virus Corona, Sekolah di Inggris Akan Dibuka Kembali

"Jadi jika ruangan yang tidak bisa membuka jendela harus mengunakan pembersih udara (air purifier), yang dapat menyaring dan membunuh virus 99,9%."

"Sehingga kegiatan sekolah, kantor, tempat usaha dapat kembali aktif," jelas dr Daeng

IDI Minta Masyarakat Waspadai Penyebaran Varian Baru Virus Corona N439K

Dilansir dari Kompas.com, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris, yaitu N439K.

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris yakni N439K," kata Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Daeng mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujarnya.

Di samping itu, Daeng mengatakan, penggunaan masker sesuai standar dapat melindungi diri dari penularan virus corona.

Baca Juga: Digadang-gadang Mampu Tangkal Varian Inggris B.1.1.7, Kini Bisakah Vaksin Sinovac Efektof Tangkal Varian Brasil?

Ia mengatakan, penggunaan masker dengan baik dan benar 90 persen dapat mencegah penularan virus corona.

"Meskipun ada risiko hingga 10 persen keluarnya droplet dan microdroplet dengan pemakaian masker dalam jangka waktu yang lama," ucapnya.

Lebih lanjut, Daeng menambahkan, penggunaan masker di tempat umum menjadi wajib, mengingat rata-rata seseorang terpapar Covid-19 tidak memiliki gejala.

"Dan hal menjadi penyulit dalam pengendalian karena tidak mungkin setiap hari semua orang dites," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah mengumumkan kasus mutasi virus corona B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia, Selasa (2/3/2021). Kemenkes melaporkan, mutasi virus corona B.1.1.7 baru ditemukan di lima provinsi.

Dua kasus pertama, seperti diketahui, ditemukan di Karawang, Jawa Barat.

Kemudian, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan.

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Wartakota, Kompas