GridHype.ID-Tak hanya kelompok masyarakat usia lanjut yang rentan terhadap infeksi virus.
Namun, kelompok ibu hamil pun disebut memiliki risiko untuk rentan terinfeksi virus.
Masuk dalam kelompok yang berisiko, ilmu kedokteran menganjurkan bahwa dua kelompokmasyarakat ituperlu mendapatkan vaksinasi.
Melansir dari tribunnews.com, Vaksinolog dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Dirga Sakti Rambe menjelaskan, ibu hamil bahkan sangat penting menerima vaksinasi.
"Bahwa banyak penyakit-penyakit infeksi yang bila terjadi pada masa kehamilan, dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan dapat mempengaruhi kondisi kehamilan secara langsung”, ujarnya dalam Tayangan Informatif berjudul "Ibu Hamil dan Lansia, bolehkan di Vaksin?” yang disiarkan Komite Penanganan COVIS-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (21/12/2020).
dr. Dirga juga menjelaskan, ibu hamil yang terkena Influenza dapat dihubungkan dengan kelahiran premature.
Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan menyarankan agar ibu hamil mendapatkan vaksin Influenza, juga ada beberapa vaksin lainnya yang penting.
“Namun, perlu diingat bahwa ibu hamil tidak boleh mendapatkan vaksin hidup. Misalnya, vaksin MMR; vaksin Campak; vaksin Cacar Air, itu harus ditunda hingga kehamilannya selesai”, terangnya.
Di sisi lain, Pfizer dan BioNTech telah memulai studi internasional untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 pada wanita hamil.
Mengutip dari kompas.com, uji coba melibatkan 4.000 sukarelawan yang akan mencakup peserta di Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Kanada, Chili, Mozambik, Afrika Selatan, Spanyol, dan Inggris.
"Dosis pertama (vaksin) akan diberikan di AS," kata Pfizer seperti dikutip dari NBC News pada 19 Februari 2021.
Melansir CNA, pekan lalu, Institut Kesehatan Nasional AS menyerukan agar wanita hamil dan menyusui lebih banyak dimasukkan dalam penelitian vaksin Covid-19.
Produsen vaksin menegaskan, mereka perlu memastikan vaksinnya aman dan efektif.
Baca Juga: Jadi Barang Wajib untuk Cegah Penularan Covid-19, Ternyata Limbah Masker Berpotensi Tularkan Virus
Di Amerika Serikat, otoritas mewajibkan pembuat vaksin untuk melakukan studi keamanan pada hewan hamil sebelum diuji pada wanita hamil, memastikan vaksin tidak membahayakan janin atau menyebabkan keguguran.
Studi tidak mengungkapkan adanya risiko baru.
Diberitakan Reuters, wanita berusia di atas 18 tahun akan menerima vaksin selama minggu ke 24-34 kehamilan.
Baca Juga: Menunggu Giliran Divaksin Sambil Jalani Prokes, Gisella Anastasia: Masih Fokus dengan yang Lain
Dalam uji coba itu, wanita hamil mendapatkan suntikan vaksin dengan selang waktu 21 hari, menggunakan rejimen yang sama dalam uji klinis lebih besar.
"Kami bangga memulai penelitian ini pada wanita hamil dan terus mengumpulkan bukti tentang keamanan dan kemanjuran untuk mendukung penggunaan vaksin oleh subpopulasi penting," ujar Wakil Presiden Senior Penelitian Klinis Vaksin di Pfizer Wiliam Gruber.
Peneliti akan memantau setiap efek samping negatif pada wanita, termasuk keguguran.
Meski demikian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan, wanita hamil yang terinfeksi SARS-CoV-2 memiliki peningkatan risiko komplikasi, termasuk kelahiran prematur dan kebutuhan untuk memakai ventilator.
"Kami berada dalam pandemi. Kami tidak benar-benar dalam situasi di mana kami dapat mengambil risiko. Dalam pandangan saya, tidak menawarkan vaksin kepada setiap individu potensial yang dapat mengambil manfaat,"kata Hughes.
Sejauh ini, belum ada panduan yang jelas dari CDC mengenai vaksinasi terhadap wanita hamil.
Studi Pfizer juga akan memantau bayi baru lahir selama enam bulan untuk melihat ada atau tidaknya perpindahan antibodi dari ibu kepada bayi.
Ada preseden untuk perlindungan semacam itu di mana bayi yang lahir dari ibu yang mendapat vaksinasi flu memiliki tingkat perlindungan dari influenza setidaknya selama enam bulan.
(*)