GridHype.ID - Tak hanya Indonesia yang mengalami lonjakan angka kasus positif Covid-19.
Angka infeksi virus corona di Eropa juga terus mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta agar pihak berwenang bekerja lebih keras demi menghentikan penyebaran, menjelang musim influenza.
"Eropa memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menstabilkan situasi dan mengendalikan penularan," kata ahli darurat WHO Mike Ryan, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/9/2020).
"Secara keseluruhan, di wilayah yang sangat luas itu kami melihat peningkatan penyakit yang mengkhawatirkan," lanjut dia.
Sementara itu, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19 Maria Vab Kerkhove mengaku khawatir jika penanganan kasus di Eropa berjalan ke arah yang salah.
"Kami berada di akhir September dan kami bahkan belum memulai musim flu kami, jadi yang kami khawatirkan adalah kemungkinan tren ini terjadi di salah arah," kata dia.
Baik Ryan maupun Kerkhove, keduanya sepakat bahwa penguncian seharusnya menjadi upaya terakhir bagi sejumlah negara dalam menangani pandemi.
Ryan mengatakan, sebagian dari peningkatan kasus di Eropa karena kemampuan negara-negara dalam mendeteksi kasus lebih baik.
"Apakah kita benar-benar telah menghabiskan semua alat sehingga kita kembali ke penguncian sebagai solusi? Sejumlah negara di seluruh dunia tidak pernah harus melakukan penguncian," kata dia, dikutip dari Euro News, Jumat (25/9/2020).
Ia menyebut bahwa pelacakan kontak dan karantina telah berhasil di beberapa negara, tapi strategi itu tidak dilakukan dengan baik di negara lain.
Sejumlah kota di Eropa kini mulai menerapkan pembatasan baru setelah adanya peningkatan kasus infeksi virus corona.
Rekor baru kasus infeksi harian tercatat di beberapa negara Eropa, termasuk Spanyol, Perancis, Belanda, dan Inggris.
Spanyol dan Perancis telah mencatat lebih dari 10.000 kasus baru setiap hari secara teratur.
Baru-baru ini, Perancis mengurangi jumlah hari pembatasan dari 14 menjadi 7 hari untuk mendorong orang mengikuti pedoman isolasi mandiri.
Satu juta kematian sebelum vaksin
Ketika angka kematian global akibat Covid-19 mendekati satu juta, para ahli di WHO memaparkan kemungkinan ada satu juta kematian lagi sebelum vaksin ditemukan.
Oleh karena itu, WHO menekankan bahwa vaksin merupakan salah satu di antara banyak cara yang harus digunakan negara untuk menghentikan penyebaran virus.
"Melihat satu juta kematian lagi di dunia tidak hanya "bisa dibayangkan" tetapi juga "mungkin," jika negara-negara tak menggunakan semua alat yang merekamiliki untuk menurunkan transisi," jelas Ryan.
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan, sekitar 70 persen kematian akibat COVID-19 berasal hanya dari 10 negara.
Sepuluh negara dengan kematian terbanyak akibat Covid-19 adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Meksiko, Inggris, Italia, Peru, Prancis, Spanyol, dan Iran.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul WHO Sebut Penanganan Covid-19 di Eropa Menuju ke Arah yang Salah, Kenapa?
(*)