GridHype.ID - Dunia masih menghadapi pandemi virus corona yang kian bertambah setiap harinya.
Tak ayal kita harus menerapkan protokol kesehatan demi memutus rantai penyebaran virus corona.
Namun belakangan, makanan kemasan berupa cumi-cumi impor di China terpapar virus corona SARS-CoV-2.
Pada hari Minggu (20/9/2020), otoritas kesehatan di kota Fuyu mengatakan salah satu paket tiba di kota melalui provinsi Changchun, China.
Pihaknya mendesak siapapun yang telah membeli dan makan cumi impor dari tanggal 24-31 Agustus 2020 untuk melapor ke otoritas lingkungan setempat dan dites Covid-19.
Dilansir Reuters, Minggu (20/9/2020), kantor pencegahan Covid-19 Changchun mengatakan, cumi-cumi itu diimpor dari Rusia oleh perusahaan di kota Hunchun dan dibawa ke ibu kota provinsi.
Bea Cukai China mengatakan pada Jumat (18/9/2020) bahwa mereka akan menangguhkan impor dari perusahaan selama seminggu jika produk makanan beku dinyatakan positif virus corona dan selama sebulan jika produk pemasok dinyatakan positif untuk ketiga kalinya atau lebih.
Pada Agustus, otoritas lokal di dua kota di China mengatakan mereka telah menemukan jejak virus pada kargo makanan beku impor.
Bisakah tertular Covid-19 dari makanan kemasan?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemudian, sejauh ini tidak ada bukti COVID-19 dapat disebarkan melalui makanan atau kemasan.
Kendati demikian, para ahli mengungkap secara teori sangat mungkin kita terpapar Covid-19 dari kemasan makanan.
Baca Juga: Beda dengan Gisel yang Menyesalkan Perceraian, Gading Marten Justru Ingin Fokus pada Kariernya
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, studi yang dilakukan di laboratorium menunjukkan virus corona bisa bertahan selama beberapa jam di beberapa bahan kemasan, seperti karton dan berbagai jenis plastik.
Apalagi sebagian besar makanan kemasan diangkut dan disimpan dalam suhu rendah, yang memungkinkan virus lebih stabil saat bertahan di suhu yang lebih rendah.
Kendati demikian, ilmuwan masih mempertanyakan apakah hasil penelitian ini dapat direplikasi di luar laboratorium.
Baca Juga: Cerita Gisella Anastasia yang Ngaku Deg-degan Saat Kenakan Outfit Senilai Rp2 Miliar: Takut Rusak
Profesor ilmu pernapasan di University of Leicester, Inggris, Dr Julian Tang mengatakan di dunia luar, kondisi lingkungan dapat berubah dengan cepat. Artinya, virus tidak dapat bertahan lama.
Sementara itu, Emanuel Goldman, profesor mikrobiologi di Universitas Rutgers juga menunjukkan studi laboratorium menggunakan sampel hingga 10 juta partikel virus.
Sedangkan jumlah partikel virus, misalnya dalam tetesan aerosol ke permukaan, ternyata kemungkinan hanya sekitar 100.
"Kemungkinan transmisi melalui permukaan sangat kecil, dan hanya ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin di permukaan itu, dan orang lain menyentuh permukaan itu tak lama setelah batuk dan bersin (dalam waktu satu hingga dua jam)," kata Goldman dalam makalahnya di jurnal Lancet pada Juli lalu.
Asumsi risiko penularan umumnya didasarkan bahwa pekerja di pabrik pengemasan makanan mungkin menyentuh permukaan yang terkontaminasi, kemudian menyentuh mata, hidung dan mulut mereka.
Namun, saat ini para ilmuwan tidak menganggap bahwa ini adalah jalur utama penularan dari sebagian besar kasus Covid-19.
"Ada kemungkinan seseorang bisa tertular Covid-19 dengan menyentuh permukaan atau benda yang ada virusnya," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dalam situsnya.
Namun hal ini tidak lantas dianggap sebagai cara utama virus SARS-CoV-2 menyebar.
Faktanya, virus ini diperkirakan menyebar secara langsung dari orang ke orang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Makanan di China Terpapar Virus Corona, Bisakah Menularkan Covid-19?
(*)