Optimisme Corona Berakhir Salah Satunya Mutasi Covid-19 Sangat Lemah, Peneliti dari Singapura Tunjukkan Buktinya

Rabu, 13 Mei 2020 | 16:00
Tribunnews

Angin Segar di Tengah Wabah Corona, Ilmuwan Uji 47 Obat Lama untuk Mencari Penyembuh Virus Covid-19, Ini Hasilnya!

GridHype.ID - Walaupun angka kasus infeksi dari hari ke hari semakin bertambah, banyak ilmuan yang berpendapat bahwa pandemi virus corona akan berakhir.

Kabar baik tanda-tanda pandemi ini berakhir pun sudah mulai terlihat.

Kini, virus corona mengalami mutasi dan kondisinya melemah untuk mewabah di lingkungan dan menular ke manusia.

Sebagaimana kita tahu, sampai saat ini dunia setengah lumpuh lantaran wabah penyakit yang berasal dari virus tersebut.

Baca Juga: Yakin Pandemi Segera Berakhir, Jokowi Beri Izin Masyarakat Beraktivitas dan Berdamai dengan Corona, Ini Aturannya!

Bahkan sampai detik ini banyak negara tengah berperang melawan virus yang telah dinyatakan sebagai pandemi ini.

Banyak ilmuwan baik swasta maupun dari pemerintah di berbagai belahan dunia sedang berlomba-lomba.

Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk menyudahi wabah penyakit yang dimulai dari Wuhan, China ini.

Meskipun sampai detik ini belum ada kabar mengenai penemuan obat atau vaksin yang mujarab, tapi ada kabar gembira yang tersiar dari ilmuwan dunia.

Secercah harapan pun muncul saat peneliti di salah satu universitas ternama di dunia menemukan fakta baru mengenai virus corona.

Baca Juga: Viral Penampakan Mall yang Tutup 2 Bulan Karena Corona, Kursi Bioskop hingga Barang Branded Rusak Berjamur

Para peneliti dari Arizona State University mengungkap penemuan baru mengenai virus yang menyerang pernafasan manusia ini.

Hal itu diungkap oleh peneliti dalam sebuah hasil penelitiannya belum lama ini.

Mereka menyebutkan virus corona yang sedang mewabah telah mengalami mutasi.

Namun mutasi yang terjadi pada virus tersebut bukan semakin berbahaya melainkan sesuai hasil penelitian mereka virus semakin melemah.

Melansir dari Express UK, para peneliti ini mengidentifikasi virus corona kian hari kian melemah.

Hal itu lantaran berkaca dari peristiwa wabah virus SARS pada tahun 2003 silam.

Baca Juga: Sering Terawang Artis Kena Narkoba, Mbah Mijan Justru Diperingatkan Netizen : Ntar Kayak Lapak Sebelah Malah Diri Sendiri yang Kena

Apa yang terjadi 17 tahun silam tersebut berdampak pada kemampuan virus menjangkit kekebalan tubuh manusia saat ini.

Setali tiga uang, kabar baik mengenai sinyal akan segera berakhirnya pandemi tersebut juga dijelaskan oleh mantan Direktur WHO Cancer Programe.

Profesor Karol Sikora menulis cuitan di Twitter yang menuturkan bahwa mutasi yang melemah adalah awal dari wabah virus corona akan berakhir, @profkarolsikora.

"Para ilmuwan di Arizona telah mendeteksi mutasi dalam sampel virus corona.

"Jangan khawatir, itu telah kehilangan sebagian potensinya.

"Ketika ini terjadi dalam wabah SARS, itu menandai awal dari akhir," tulis Karol Sikora.

Meski begitu, penelitian mengenai melemahnya virus tersebut baru diambil dari satu sampel penguji.

Baca Juga: 8 Tahun Berlalu, Penampilan Dera Idol Berubah Makin Macho Bak Laki-laki, Bikin Pangling!

Masih perlu penelitian dari sampel di tempat lain juga. Sementara itu, peneliti di Arizona State University sudah mengambil 382 sampel dari pasien positif Covid-19 di negara bagian itu.

Dari 382 sampel usap hidung yang diteliti oleh para peneliti dari pasien coronavirus di negara bagian itu, satu sampel tunggal kehilangan sebagian besar genomnya.

Delapan puluh satu surat dihapus secara permanen, menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Virology.

"Salah satu alasan mengapa mutasi ini menarik adalah karena itu mencerminkan penghapusan besar yang muncul dalam wabah SARS 2003," kata Lim dalam sebuah pernyataan, dikutip dari New York Post.

Dari pengambilan sampel tersebut, ditemukan satu sampel kehilangan sebagian besar materi genetik virus.

Baca Juga: Marak Ulah Pedagang Nakal Jual Daging Babi Menyerupai Sapi, Ternyata Begini Cara Bedakan Keduanya Agar Tak Kena Tipu

Para peneliti tersebut mengklaim bahwa bagian yang hilang tersebut membuat infeksi lebih lemah dan menjadi salah satu sinyal kalau wabah bakal berakhir.

Penjelasan Riset Universitas Singapura Soal Virus Corona di Indonesia Berakhir 7 Oktober 2020

Saat ini, prediksi soal kapan virus corona atau Covid-19 berakhir sudah mulai bermunculan.

Diketahui, prediksi kapan virus corona berakhir, dilakukan dengan riset oleh Singapore University of Technology and Design (SUTD).

Lalu, kapan wabah virus corona berakhir di Indonesia?Riset SUTD menunjukkan, wabah virus corona di Indonesia berakhir 7 Oktober 2020.

Baca Juga: Eko Patrio Disebut Jadi Saksi Nikah Raffi Ahmad dan Ayu Ting Ting, Nagita Slavina Malah Bongkar Tabiat Asli Sang Pelawak

SUTD merupakan salah satu universitas ternama di Singapura, yang berfokus pada kajian studi teknologi dan desain.

Hasil risetnya diungkap di situs web ddi.sutd.edu.sg, dengan update terakhir pada 5 Mei 2020.

"Situs ini menyediakan pemantauan prediktif berkelanjutan Covid-19 sebagai pelengkap pemantauan tradisional atau praktik prediksi tradisional," demikian keterangan yang tertera di bagian pengenalan.

Dalam penghitungannya, SUTD menggunakan model SIR (Susceptible-Infected-Recovered) yang dipadukan dengan data harian virus corona yang diperbarui dari berbagai negara.

Prediksi akhir wabah virus corona juga dicantumkan bersama prediksi pergeseran tanggal atau deviasi.

Dari pemodelan itu akan terlihat kurva siklus hidup pandemi dan tanggal berakhirnya secara teoretis, menurut kode-kode dari Milan Batista dan data dari Our World in Data.

Baca Juga: Lebih Milih Youtube daripada TV, Berikut 10 Penghasilan Youtuber Teratas di Indonesia, Paling Sedikit Rp 681 Juta!

Hasil riset SUTD menunjukkan, prediksi wabah virus corona di dunia berakhir pada 20 Desember 2020.

Hasilnya, terlihat pandemi virus corona secara global diprediksi akan berakhir pada 20 Desember 2020 dan dapat bergeser 5,9 hari.

SUTD juga mencantumkan prediksi berakhir wabah Covid-19 di Indonesia, yakni pada 7 Oktober 2020, dengan deviasi 14,9 hari.

SUTD
SUTD

Hasil riset dari SUTD

Baca Juga: Bukannya Senang saat Dipuji, Luna Maya Malah Sewot Disebut Mirip Princess : Gue Queen!

SUTD memperkirakan wabah virus corona Covid-19 di Indonesia berakhir pada 7 Oktober 2020.

Negara-negara besar lainnya juga turut dimasukkan dalam data SUTD.

SUTD memperkirakan wabah virus corona Covid-19 di Indonesia berakhir pada 7 Oktober 2020.(SUTD)

Amerika Serikat: prediksi berakhir 10 Oktober 2020, deviasi 7,4 hari.

Singapura: prediksi berakhir 29 September 2020, deviasi 48 hari.

Inggris: prediksi berakhir 16 September 2020, deviasi 6 hari.

Italia: prediksi berakhir 15 September 2020, deviasi 20,5 hari.

Baca Juga: Puasa Ramadan Bisa Bantu Sukseskan Program Diet, Tapi Perlu Perhatikan 2 Hal Ini!

Arab Saudi: prediksi berakhir 11 September 2020, deviasi 22,1 hari.

India: prediksi berakhir 31 Agustus 2020, deviasi 11,2 hari.

Jepang: prediksi berakhir 30 Agustus 2020, deviasi 20,2 hari.

Perancis: prediksi berakhir 17 Agustus 2020, deviasi 2,1 hari.

Jerman: prediksi berakhir 16 Agustus 2020, deviasi 2,3 hari.

Spanyol: prediksi berakhir 11 Agustus 2020, deviasi 14,6 hari.

Namun SUTD mengingatkan, prediksi ini dapat berubah sewaktu-waktu, prediksi belum tentu tepat karena ada faktor alam.

Di situs web SUTD juga mencantumkan disclaimer, bahwa riset ini hanya untuk keperluan edukasi dan penelitian dan mungkin terdapat kesalahan.

Peringatan pun dituliskan yang berbunyi, "Pembaca harus menyikapi prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimisme berlebihan berdasarkan perkiraan tanggal akhir berbahaya, karena dapat mengendurkan kedisiplinan dan kendali, menyebabkan virus dan kembali berputar, dan harus dihindari."

Baca Juga: Sosok Ini Kuliti Habis Tabiat Syahrini, Sebut Incess Penipu dan Sudah Berhubungan Badan dengan Ayah Angkatnya

SUTD Luncurkan Laman

Dilansir dari Kompas.com, pada 18 April 2020, Singapore University of Technology and Design (SUTD) meluncurkan sebuah laman.

Di mana berisikan prediksi berdasarkan data dari perkembangan selanjutnya hingga waktu berakhirnya pandemi virus corona di berbagai negara.

Pembaruan selalu dilakukan pada laman tersebut dengan dinamika dari pandemi virus corona yang masih terus terjadi.

Melansir penelitian oleh SUTD tersebut, disebutkan bahwa evolusi dari Covid-19 bersifat sangat random.

Seperti pandemi lainnya, virus corona baru ini memiliki pola siklus kehidupan dari wabah menuju fase akselerasi, titik belok, fase deakselerasi, dan titik henti atau akhir.

Baca Juga: Remaja Sulawesi Selatan Nekat Prank Kena Covid-19, Tiba-tiba Datang ke IGD dan Kejang-kejang

Siklus hidup tersebut adalah hasil dari perilau adaptif dan perlawanan dari agen termasuk individu, pemerintah, serta pembatasan alami dari ekosistem.

Meski demikian, siklus hidup dari virus dapat bervariasi pada negara yang berbeda.

Metode penentuan prediksi Pola siklus kehidupan pandemi diperkirakan muncul sebagai kurva berbentuk S.

Adapun pola ini beserta dinamika yang mendasari kondisi pandemi di berbagai wilayah seperti pertumbuhan penduduk, difusi teknologi baru, dan penyakit menular, juga telah ditetapkan secara teoritis dalam model matematika yang digunakan.

Pemodelan matematika tersebut termasuk model logistik yang menggambarkan fenomena siklus hidup umum (seperti pertumbuhan penduduk) dan model SIR (susceptible-infected-recovered) yang menggambarkan penyebaran penyakit menular.

Pada penelitian oleh SUTD, kedua model menggabungkan dua parameter yang nilainya menentukan bentuk kurva siklus hidup tertentu.Parameter model untuk suatu negara dapat diregresikan berdasarkan data aktual dari negara tersebut.

Baca Juga: Terlibat Cek-cok dengan Raffi Ahmad Bahas Benjolan di Lidah Rafathar, Nagita Slavina : Kamu Tuh Santai Banget

Model regresi digunakan untuk memperkirakan siklus hidup penuh dari pandemi dan plot kurva siklus hidup tersebut.

Dengan kurva siklus hidup penuh yang telah diperkirakan, akan lebih mudah untuk melihat fase pandemi mana yang sedang dialami oleh negara tersebut, kapan titik belok terjadi, dan kapan pandemi akan berakhir.

Namun, para peneliti menekankan, rilis konten prediksi ini untuk tujuan pendidikan dan penelitian, sehingga tak menutup kemungkinan mengandung kesalahan.

Kesalahan itu, di antaranya, model dan data tidak akurat untuk realitas yang kompleks, berkembang, dan heterogen dari berbagai negara.

Peneliti juga mengingatkan bahwa prediksi pada dasarnya tidak pasti sehingga publik harus menyikapi informasi ini dengan hati-hati.

Menurut peneliti, terlalu optimistis pada perkiraan tanggal akhir berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol serta menyebabkan perputaran virus dan infeksi.

Seorang petugas polisi berjaga di luar Masjid Jama selama penguncian nasional yang diberlakukan pemerintah sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran virus corona COVID-19, di kawasan lama New Delhi pada 25 April 2020.

Baca Juga: Rela Dinikahi Kakek 73 Tahun, Bintang Film Dewasa ini Bukannya Bahagia Justru Mengaku Menyesal

Prediksi akhir pandemi

Prediksi terbaru dari SUTD mencakup tiga perkiraan alternatif dari akhir pandemi secara berurutan, yaitu:

Singapore University of Technology and Design (SUTD) viaKompas.com

Tangkapan layar prediksi akhir pandemi virus corona dari Singapore University of Technology and Design (SUTD | https://ddi.sutd.edu.sg/).

Berdasarkan prediksi terbaru hingga Minggu (26/4/2020) di laman SUTD, secara umum, diperkirakan bahwa pandemi virus corona di dunia akan berakhir 97 persen pada 29 Mei 2020 dan 100 persen pada 8 Desember 2020.

Akhir pandemi 97 persen adalah waktu di mana kurva kasus mulai memasuki area hijau pada grafik.

Grafik prediksi akhir pandemi corona di Indonesia dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) ((https://ddi.sutd.edu.sg/))

Artikel ini telah tayang di GridHits.ID dengan judul Tanda-tanda Wabah Corona Berakhir Semakin Terlihat! Covid-19 Alami Mutasi dan Melemah, Ilmuwan Sodorkan Bukti

(*)

Editor : Linda Fitria

Sumber : GridHITS

Baca Lainnya