"Tapi umumnya, pasangan suami istri tidak tahu dan kurang paham dengan tahapan tersebut, jadi lebih banyak mempersingkat foreplay, akibatnya istri belum terangsang optimal langsung dipenetrasi dan hal ini akan menyebabkan nyeri akibat gesekan penis dan rongga vagina sehingga istri sulit untuk menikmati hubungan seksual tsb dan sulit mencapai orgasme. Bila hal ini terjadi berulang kali akan menurunkan minat istri untuk berhubungan seksual karena tidak menikmatinya," ungkap dokter Haekal Anshari.
Dokter Haekal Anshari mengungkapkan bahwa begitu perempuan enggan berhubungan seks lantaran hal tersebut, suami akan mengira bahwa sang istri sudah tidak bergairah.
Sehingga terkadang muncul kesalahpahaman antara suami dan istri yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan rumah tangga.
Dokter Haekal juga menyampaikan beberapa disfungsi seksual yang sering dialami oleh pihak suami, yaitu Hipogonadisme.
Hipogonadisme pada laki-laki atau juga dikenal sebagai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS), merupakan kondisi seorang laki-laki yang mengalami penurunan hormon testosteron sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk terganggunya fungsi seksual yakni menurunnya dorongan seksual dan ereksi penis yang kurang kuat (disfungsi ereksi).
Selain gangguan fungsi seksual, defisiensi hormon testosteron dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti:
• Obesitas,• Lingkar Pinggang Membesar,• Susah konsentrasi,• Daya tahan fisik berkurang,• Penurunan kemampuan olahraga,• Mudah kesal, marah hingga menurunnya kesenangan hidup,• Sindroma metabolik (gula darah tidak terkontrol, tekanan darah meningkat, peningkatan kolesterol, dan obesitas) yang berisiko menyebabkan terjadinya serangan jantung dan stroke.
Hormone Replacement Therapy yang dapat membantu memperbaiki kondisi hormon yang telah terbukti ilmiah membantu mengatasi gejala-gajala penurunan hormon dan mencegah komplikasi penyakit akibat kondisi hormon yang turun.
Layanan Hormone Replacement Therapy tidak terbatas hanya untuk laki-laki tapi juga untuk perempuan yaitu dengan koreksi gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.