GridHype.ID - Melansir dari Intisari praktik memiliki selir di luar istri sah atau pergundikan rupanya telah lazim dilakukan telah lama.
Bahkan disebutkan jika praktik pergundikan telah dilakukan sejak peradaban Yunani kuno dan Romawi.
Dalam sejarah Tiongkok kuno, pergundikan adalah praktik kompleks.
Di peradaban tersebut para selir diberi peringkat sesuai dengan tingkat kaisar dengan mereka.
Praktik pergundikan juga terjadi di era kolonial Hindia Belanda.
Sulitnya kehidupan di zaman kolonial Belanda juga membuat masyarakat Indonesia menempuh berbagai macam upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal inilah yang menyebabkan munculnya berbagai macam pekerjaan, salah satunya sebagai pramuria bagi para wanita.
Tersebutlah seorang pramuria 'nyai penghibur' kelas atas zaman kolonial bernama Fientje de Feniks.
Fientje de Feniks lahir di Batavia tahun 1893, namun tak ada silsilah keluarga yang jelas dari mana ia berasal.
Baca Juga: Dapat Bayaran Fantastis, TKW Ini Ngaku Kerjanya Cuma Mengawasi Anak Majikannya Agar Tidak Selingkuh
Fientje yang saat itu masih menginjak usia remaja (19 tahun) sudah harus terjun ke dunia malam menjadi pramuria karena kesusahan cari makan di zaman penjajahan.