Andhika mengatakan bahwa dirinya dahulu memiliki kekhawatiran yang berlebihan karena tahu betul bagaimana laki-laki.
Namun, ia mengatakan bahwa kekhawatiran berkurang seiring berjalannya waktu dan sang anak yang semakin menunjukkan tanggung jawabnya.
"Dulu kekhawatiran saya berlebihan sih, karna, ya namanya anak perempuan ya, kan saya juga tau gimana laki-laki.
Tapi lama-lama makin ke sini saya percaya ke anaknya makin gede, anaknya juga bisa nunjukin tanggung jawabnya makin keliatan gitu sama orang tuanya, jadi kekhawatiran itu lama-lama berkurang." ungkap Andhika.
Dirinya juga mengatakan bahwa sebelumnya ketakutan pasti ada, namun ia memiliki prinsip dalam menghadapi hal tersebut.
"Kalo ketakutan setiap orang itu pasti ada lah, ke anak, tapi pada akhirnya- saya, prinsipnya gini aja, dulu saya waktu seumur mereka ketika terlalu dikekang juga akhirnya ngelakuin hal-hal yang kita khawatirkan diam-diam gitu, karna rasa penasarannya mungkin, atau kebawa lingkungannya, atau kebawa temen-temennya, dan lain-lain." jelasnya.
Sehingga, pada akhirnya, ia menempatkan diri menjadi teman dari anaknya. Dan Andhika mengatakan bahwa caranya itu berhasil pada keluarganya.
"Pada akhirnya kita tarik-ulur aja, dan yang paling bener adalah menempatkan diri jadi temennya dia. Jadi sejauh ini, alhamdulillah sih cara ini berhasil di keluarga saya," katanya.
Anak-anaknya pun sudah mulai terbuka dengan dirinya. Semua hal yang ingin diketahui oleh anaknya ditanyakan kepadanya dan istri.
Hal itu merupakan hal yang lebih baik karena mendapatkan informasi langsung dari orang tuanya.
"Anak-anak saya udah mulai ABG lah ibaratnya, udah 17 tahun itu terbuka sama semua hal yang dia pengen tau, sama semua hal yang baru dia denger atau dia baru liat, dia tanyain ke orang tuanya, which is lebih baik info itu dapetnya dari orang tuanya, gitu." ungkapnya.