Dirinya menanam sayur sendiri seperti cabai, padi, dan pandan.
Adapun kegiatan memasak dilakukan dengan api terbuka.
Kakek itu berkata bahwa dirinya lebih sering mengonsumsi bubur dengan sayuran yang diawetkan.
Tidak tinggal di rumah permanen, kakek itu bermukim dalam sebuah bangunan yang terbuat dari kanvas plastik yang disangga dengan tongkat kayu.
Pakaian yang digunakan sehari-hari juga merupakan pemberian orang lain.
Meskipun puluhan tahun tinggal di dalam hutan, dirinya juga sesekali pergi ke perumahan terdekat untuk mendapatkan uang dengan cara menjual sayur dan bekerja sebagai pekerja kasar.
Dirinya mengatakan bahwa memiliki istri yang berusia 50 tahun dan memiliki seorang anak berusia 19 tahun.
Mengejutkan lagi, kakek itu mengaku selalu mengirimkan uang kepada anak istrinya sebesar 500 dolar Singapura atau setara dengan Rp5,3 juta perbulan.
Meskipun demikian, Kakek itu mengatakan bahwa istri dan anaknya tidak mengetahui kondisinya saat ini.
(*)