Pada imunoterapi, jelas dr Noorwati, pasien diberikan obat untuk menstimulasi sistem imun agar dapat membunuh sel kanker.
Terapi ini cocok untuk pasien yang memiliki sistem imun yang masih bagus.
Sementara, terapi targeted therapy menggunakan satu macam obat yang mampu menarget satu macam jenis kanker.
Menurut dr Noorwati, terapi ini tergolong mahal karena mampu menargetkan sel-sel tertentu guna menghindari efek samping yang tidak diperlukan.
“Kemoterapi kerap dikombinasikan dengan kemoterapi lain ataupun dengan pengobatan lainnya, seperti imunoterapi dan targeted therapy.
Metode kombinasi dapat saling melengkapi sehingga hasilnya diharapkan dapat lebih baik.
Namun, semuanya tergantung hasil analisis algoritma dari kanker yang diderita pasien,” ujar dr Noorwati.
Sama seperti kemoterapi, imunoterapi dan targeted therapy juga memiliki berbagai efek samping.
Pengobatan dengan imunoterapi memberikan efek samping berupa reaksi alergi, seperti batuk-batuk, sesak napas dan demam.
Sementara, targeted therapy memiliki efek samping, seperti diare dan timbul jerawat.
Meski demikian, pengobatan dengan metode kemoterapi, imunoterapi, dan targeted therapy tetap jadi pilihan untuk mengobati kanker.