Dia melanjutkan dalam artikelnya, “separuh dokter mengira saya menderita tumor otak. Jelas, orangtua saya tidak terlalu senang dengan diagnosis ini, tetapi untungnya, setengah dari dokter berpikir itu mungkin sesuatu yang lain, mereka hanya tidak tahu apa."
Kelli terus berjuang melawan kondisinya, tinggal di rumah sakit selama dua setengah bulan. Dia membaik perlahan tapi pasti.
Namun, bahkan setelah dia dipulangkan, dia menjelaskan bahwa dia lupa cara menelan, jadi, "orang tua saya harus memberi memakan saya."
Dia juga harus menjalani terapi okupasi karena "mereka tidak percaya saya akan pernah berjalan."
Keterampilan motorik halus Kelli juga sangat menderita. Namun, melawan segala rintangan dia terus berjuang. Dan dia pun menang.
Baca Juga: Miliki Harta Berlimpah, Siapa Sangka 5 Miliarder Dunia ini Justru Tak Pernah Lulus SMA
Dua tahun kemudian para dokter baru menemukan penyebabnya yaitu botulisme pada bayi dari madu.
Orang tua sekarang lebih sadar tentang bahaya memberi madu kepada bayi di bawah usia satu tahun. Juga, beberapa produsen madu memasang label peringatan pada produk mereka.
Selanjutnya, madu dipasteurisasi, biasanya membunuh spora yang dapat menyebabkan botulisme pada bayi.
Namun, Kelli merasa masih belum cukup kesadaran tentang bagaimana botulisme bayi yang mematikan dapat terjadi.
“Saya mendengar cerita orang-orang yang memakai dot karena tidak ada yang memberi tahu mereka di rumah sakit. Buku masak bayi saya hanya mencantumkan madu sebagai bagian dari "bagian satu tahun ke atas" bersama dengan ikan dan buah jeruk. Memberi bayi rasa jeruk tidak berisiko sama dengan memberi mereka rasa madu. Jeruk dapat menyebabkan ruam yang buruk, bukan botulisme.”
Ia meminta kepada kita untuk menyebarkan berita kepada teman-teman, keluarga, atau kelompok orangtua bahwa memberi madu kepada anak di bawah satu tahun bisa berakibat fatal.