Demi Hidup Abadi, Bisakah Manusia Hidup Kembali Setelah Dibekukan? Begini Jawabannya

Kamis, 19 Januari 2023 | 08:00
Pexels

Ilustrasi es

GridHype.ID -Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan menjemput ajalnya suatu saat nanti.

Termasuk kita sebagai manusia.

Meski begitu, kita semua tentu berharap memiliki umur yang panjang ya.

Alhasil, segala cara dilakukan supaya itu bisa tercapai mulai dari makan sehat, olah raga dan lain sebagainya.

Untuk bisa hidup abadi, ada satu terobosan sains yang cukup terkenal yakni dengan cara manusia dibekukan lalu dihidupkan kembali.

Terobosan ilmiah tersebut dikenal dengan nama cryonics.

Penelitian yang hingga kini masih getol dilakukan para ilmuwan untuk menunda penuaan, bahkan jika memungkinkan membuat seseorang yang tertarik untuk bisa hidup abadi.

Dikutip dari Science ABC, Selasa (17/1/2023) cryonics adalah metode membekukan tubuh pada suhu di bawah nol derajat Celsius dengan harapan teknologi masa depan dapat kembali tubuh yang sudah dibekukan itu.

Mengingat sifat eksperimentalnya dan peralatan canggih yang diperlukan untuk proses tersebut, tak mengejutkan bahwa cryonics dapat menghabiskan banyak biaya.

Bagaimana tepatnya tubuh manusia dibekukan dan dihidupkan lagi dengan menggunakan proses cryonics itu?

Setelah seseorang dinyatakan meninggal secara hukum, proses cryonics dapat dimulai.

Baca Juga: Tips Kesehatan, Begini Cara Cepat Atasi Serangan Asam Urat, Salah Satunya Cuma Modal Air Es Loh!

Untuk menjaga agar jaringan otak tetap terlindungi, sirkulasi darah dan pernapasan untuk sementara dipulihkan dengan CPR dan masker oksigen hingga obat khusus yang disuntikkan ke dalam sistem.

Tim medis kemudian mendinginkan tubuh dengan memasukkannya ke dalam bak air es dan menyuntikkan antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah.

Proses tersebut terjadi dalam waktu 24 jam setelah kematian.

Jenazah dibawa ke pusat kriopreservasi di mana jenazah diawetkan dengan aman.

Rata-rata tubuh manusia terdiri dari 60 persen air.

Jika tubuh manusia tidak dibekukan dengan benar, maka air yang ada di dalam sel akan berubah menjadi es.

Es yang mengembang dalam volume dan membentuk kisi-kisi kristal memberikan tekanan pada dinding sel dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sel dan jaringan retak dan terbuka.

Jika tujuan akhir cryonics adalah mengembalikan tubuh ke kondisi hidup sehat di masa mendatang, tubuh manusia yang penuh dengan sel yang pecah tak akan banyak membantu.

Di sinilah proses yang dikenal sebagai 'vitrifikasi' dilakukan.

Vitrifikasi adalah proses mengubah suatu zat menjadi kaca, padatan amorf non-kristal.

Prosesnya dilakukan dengan memasukkan bahan kimia anti beku yang dikenal sebagai krioprotektan ke dalam aliran darah.

Baca Juga: Terima 6000 Undangan, Erina Gudono Istri Kaesang Pangarep Blak-blakkan Ngaku Hanya Minum Es Buah di Resepsi Pernikahannya

Gliserol dan dimentil sulfoksida (DMSO) adalah krioprotektan umum yang digunakan sebelum memulai proses pembekuan.

Tak ada pembentukan es berarti tak ada kerusakan struktural pada sel-sel tubuh.

Tetapi dengan meningkatknya konsentrasi krioproktetan dalam tubuh kemungkinan toksisitas juga meningkat.

Setelah itu tubuh akan diturunkan ke dalam tangki kriopreservasi yang akan menjadi rumah dan menjaga tubuh tetap pada suhu -196 derajat Celsius.

Dengan bantuan nitroggen cair, tangki tersebut akan melindungi tubuh dari kerusakan apa pun selama ribuan tahun.

Pertanyaannya akankah metode pembekuan ini berhasil dan mampu membangkitkan kembali orang yang sudah menjalani cryonics?

Tak ada yang bisa benar-benar mengetahuinya.

Ada kemungkinan bahwa orang yang dibekukan dapat hidup kembali setelah dibekukan tetapi bisa juga cryonics hanyalah gagasan yang fantastis.

Sains mungkin tak akan pernah bisa sepenuhnya menghidupkan kembali tubuh manusia yang telah dibekukan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apakah Manusia Bisa Dihidupkan Lagi Setelah Dibekukan?"

Baca Juga: Aneka Tips Harian, Pantas Sedap dan Nikmat, Ternyata Begini Cara Buat Es Teh Enak ala Angkringan di Solo

(*)

Editor : Helna Estalansa

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya