GridHype.ID -Kasus Covid-19 yang terjadi di berbagai penjuru dunia beberapa waktu belakangan mulai terkendali.
Bahkan sejumlah negara mulai memberlakukan pelonggaran pembatasan karena tren kasus Covid-19 yang menurun.
Namun, kabar kurang mengenakan terkait kasus Covid-19 ini justru kembali datang dari Beijing, China.
Pasalnya,China diperkirakan akan menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang parah selama dua minggu ke depan.
Mengutip Kompas.com, hal itu diungkapkan seorang ahli pernapasan di China, di tengah kekhawatiran atas kemungkinan mutasi Covid-19.
Dilansir dari Al Jazeera, lonjakan infeksi Covid-19 menurut para ahli kemungkinan akan meningkat selama musim dingin.
Ini bertepatan dengan pelonggaran pembatasan di seluruh China.
Dari beberapa proyeksi, menunjukkan bahwa China dapat menghadapi lebih dari satu juta kematian pada tahun depan.
"Kita harus bertindak cepat dan menyiapkan sumber daya perawatan darurat dan parah," ujar Wang Guangfa, pakar pernapasan dari Rumah Sakit Universitas Peking.
Memperluas tempat tidur di ICU
Penyebaran Covid-19 di China kembali menjadi peringatan setelah klaster baru terkait sekelompok wisatawan ditemukan 17 Oktober lalu.
Baca Juga: Bulan Ini Jangan sampai Terlewatkan, Ini Dia Syarat Penerima BLT UMKM Rp 600 Ribu
Wang mengatakan, rumah sakit harus memperluas tempat tidur di ICU sebagai prioritas.
Diperkirakan, puncak Covid-19 kemungkinan akan berlangsung hingga akhir Festival Musim Semi China, yang akan jatuh pada 22 Januari 2023.
Ia menambahkan, kasus Covid-19 kemudian akan menurun dan kehidupan secara bertahap akan kembali normal sekitar akhir Februari dan awal Maret 2023.
Setelah masa puncak, orang tidak boleh lengah.
"Strain Covid-19 saat ini mungkin kurang ganas, tetapi mungkin tidak sama pada hewan."
"Mungkin tampaknya tidak terlalu parah untuk hewan, tetapi pada titik tertentu, virus masih dapat menular ke manusia, dengan konsekuensi yang mengerikan," kata Wang.
Menyusul protes yang meluas di China pada awal Desember 2022, negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu mulai melonggarkan penguncian.
WHO khawatirkan gelombang baru Covid-19 di China
Dilansir dari BBC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa rumah sakit di China tampaknya mulai penuh di tengah kekhawatiran tentang gelombang baru Covid-19 yang melanda negara itu.
Kepala Kedaruratan WHO Michael Ryan menuturkan, unit perawatan intensif (ICU) sibuk meskipun pejabat mengatakan jumlahnya "relatif rendah".
Dalam beberapa hari terakhir rumah sakit di Beijing dan kota-kota lain telah terisi karena gelombang Covid-19 terbaru yang melanda China.
Baca Juga: Jangan Panik Jika Alami Anosmia, Lakukan 6 Cara Agar Penciuman Kembali
Sejak 2020, China memberlakukan pembatasan kesehatan yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol Covid-nya.
Namun, pemerintah mengakhiri sebagian besar tindakan tersebut dua minggu lalu setelah protes penting terhadap kontrol ketat.
Sejak saat itu, jumlah kasus melonjak dan menimbulkan kekhawatiran akan tingginya angka kematian di kalangan orangtua yang sangat rentan.
Meski meningkat, angka resmi menunjukkan hanya lima orang meninggal akibat Covid-19 pada Selasa (20/12/2022) dan dua pada Senin (19/12/2022).
Ini telah menyebabkan Kepala Kedaruratan WHO Ryan mendesak China untuk memberikan lebih banyak informasi tentang penyebaran virus terbaru.
Jokowi Akan Cabut PPKM Akhir Tahun
Saat China memprediksi akan lonjakan kasus Covid-19, Indonesia justru disebut akan melonggarkan aturan PPKM.
Bahkan, Presiden Joko Widodo berencana untuk mengakhiri pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akhir tahun ini.
Rencana ini muncul seiring melandainya kasus Covid-19 di Indonesia beberapa waktu terakhir.
Menurut Presiden, kasus harian Covid-19 di Indonesia saat ini jauh lebih terkendali dibandingkan ketika muncul varian Delta dan Omicron.
Sebelumnya varian Delta menyebabkan tingginya penularan Covid-19 di Indonesia hingga mencapai 56.000 kasus per hari.
Baca Juga: Jangan Lengah! Corona Subvarian Omicron XBB Bisa Diatasi dengan Penyuntikan Vaksin Covid-19
Sementara varian Omicron mencapai 64.000 kasus per hari.
"Kemarin kasus harian kita berada di 1.200 dan mungkin nanti akhir tahun kita akan menyatakan berhenti PPKM," ujarnya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz Calton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Lantas, apakah ini merupakan waktu yang tepat untuk mengakhiri PPKM?
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, akhir tahun ini justru menjadi ujian bagi Indonesia.
Menurut Dicky, saat ini Indonesia sedang mengalami satu gelombang Covid-19.
Sementara di sisi lain, dia juga menilai Indonesia sangat lemah dalam deteksi Covid-19 dan itu bisa berbahaya.
"Masalah dari Covid-19 ini bukan berhenti di statusnya, tapi ada potensi long Covid-19 yang akan menurunkan SDM."
"Maka kalau PPKM ini mau dicabut, ya tunggulah setelah Natal dan Tahun Baru (Nataru)," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (22/12/2022).
Bahkan jika melihat situasi yang terjadi di China saat ini, maka pencabutan PPKM baru bisa dilakukan dua bulan ke depan.
Baca Juga: Covid-19 Kembali Menonjak, Kenali Gejala Terbaru Berdasarkan Tingkat Vaksinasi
(*)