Gridhype.id-Paris Baguette kini tengah menjadi sorotan publik di seluruh dunia.
Toko roti ternama Korea Selatan (Korsel) ini justru diboikot oleh konsumen lantaran suatu insiden yang cukup mengerikan.
Siapa sangka, boikot terhadap Paris Baguette itu merupakan imbas tragedi tewasnya salah satu pegawai.
Naasnya, pegawai tersebut justru tewas karena masuk ke dalam mesin pabrik.
Disayangkan, pabrik tersebut justru tetap beroperasi di tengah kabar duka yang menggemparkan dunia.
Lantas, bagaimana kronologi terjadinya tragedi mengenaskan itu?
Dilansir dariintisari.id,hal tersebut bermula pada Senin (14/10/2022) saat seorang pegawai perempuan berusia 23 tahun tetiba tertarik ke dalam alat di pabrik tersebut.
Tak langsung ditemukan, jasad perempuan tersebut baru diketahui keesokan harinya dalam keadaan hancur.
Di balik peristiwa mengenaskan tersebut, pabrik justru tetap melanjutkan proses produksinya.
Bukan hanya itu, karyawan yang melihat dan menarik tubuh korban juga diharuskan bekerja di sebelah lokasi kejadian.
Hal ini tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat luas.
Keluarga korban juga dibuat tersulut emosi saat mendapati perusahaan induk toko roti tersebut mengirimkan sekotak kue ke pemakaman pegawai yang tewas akibat mesin pembuat roti.
"Ketika saya kali pertama melihat kotak roti di rumah duka pada 16 Oktober, saya bertanya kepada pegawai rumah duka siapa yang mengirimnya," jelas keluarga korban.
"Pegawai tersebut bilang, 'Perusahaan yang membawanya untuk tamu.' Anak kami baru saja meninggal saat membuat roti ini. Apakah masuk akal bagi mereka untuk mengirim ini ke sini?" jelasnya.
Saat ini, aksi protes dan biokot terhadap Paris Baguette bermunculan di Korea Selaan dan SPC Group.
Bahkan, Konfederasi Serikat Buruh Korea yang merupakan pusat serikat pekerja nasional di Korea Selatan juga mengungkap kekecewaannya soal peristiwa tersebut.
"Jangan pernah membeli atau pergi ke SPC si perusahaan pembunuh!" katanya di akun Twitter resmi mereka.
Sehari setelah insiden, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memerintahkan penyelidikan atas kematian pegawai tersebut.
Ketua SPC Group Huh Young In kemudian meminta maaf secara terbuka dalam konferensi pers.
Atas perintahnya kepada pegawai untuk kembali bekerja di lokasi kecelakan, ia mengaku salah.
Selain itu, SPC Group berjanji mengalokasikan 100 miliar won (Rp 1 triliun) selama tiga tahun untuk meningkatkan keselamatan pekerja, kata Presiden SPC, Hwang Jae-bok, pada Jumat (21/10/2022).
(*)