GridHype.ID -Kabar tak sedap datang dari pemerintah yang menyebut bahwa hargaBahan Bakar Minyak (BBM) subsidi khususnya Pertalite bakal naik.
Kabar tersebut sontak mengejutkan masyarakat Tanah Air.
Lantas benarkah kabar tersebut?
Mari kita simak jawaban lengkapnya berikut ini.
Diketahui, pemerintah memberikan sinyal kuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi khususnya Pertalite, bakal naik dalam waktu waktu dekat.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, membeberkan harga keekonomian Pertalite jika mengacu harga minyak dunia.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan, harga keekonomian Pertalite seharusnya dijual dikisaran Rp14.450 per liter.
Namun saat ini harga jual Pertalite di SPBU hanya dibanderol Rp7.650 per liter.
Dari angka tersebut, terdapat gap yang cukup jauh dengan harga keekonomian, yakni Rp6.800.
Sementara, untuk harga keekonomian solar senilai Rp13.950 per liter, sedangkan harga jual di SPBU saat ini hanya Rp5.150 per liter.
Sehingga apabila dilihat lebih detail, gap antara harga jual solar saat ini dengan harga keekonomian sebesar Rp8.800 per liternya.
“Untuk Pertalite harga jual di masyarakat Rp7.650 per liter. Kalau harga ICP di 105 dolar AS per barel dan kurs-nya Rp14.700 maka seharusnya harga Pertalite di Rp14.450 per liter."
"Artinya harga pertalite sekarang ini adalah 53 persen, jadi rakyat mendapat subsidi Rp 6.800 per liternya yang dibeli,” papar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, (26/8/2022).
Berbeda dengan Menteri Keuangan, ESDM Arifin Tasrif memiliki hitung-hitungan yang berbeda, namun harga keekonomian Pertalite juga berada di atas Rp10.000 per liternya.
Ia mengungkapkan saat ini harga keekonomian Pertalite mencapai Rp 17.200 per liter.
Besaran ini jauh melampaui harga jual Pertalite saat ini yang dipatok sebesar Rp 7.650 per liter.
Arifin mengungkapkan kondisi saat ini memberikan tekanan pada APBN pemerintah.
"Jadi ini yang dihadapi pemerintah. Pemerintah berusaha menahan, tapi sejauh mana bisa ditahan," kata Arifin seperti dilansir Kontan, (26/8/2022).
Dia menjelaskan, saat ini pemerintah harus mengimpor BBM dengan besaran sekitar 600 ribu hingga 700 ribu barel per hari.
Dengan harga minyak yang rerata ada di level 100 dolar AS per barel maka ada beban pengeluaran mencapai sekitar 65 juta dolar AS setiap harinya.
Arifin menambahkan, Pertamina pun turut menanggung beban selisih harga jual untuk produk BBM RON 92 atau Pertamax.
Pertamina saat ini tercatat masih menjual Pertamax dengan harga Rp 12.500 per liter dimana harga keekonomiannya sudah mencapai Rp 19.900 per liter.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Harga Pertalite yang Wajar Menurut Menteri Keuangan dan ESDM di Atas Rp10.000 Per Liter"
(*)