GridHype.ID - Masyarakat yang berada di sekitaran Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung agaknya perlu meningkatkan kewaspadaan.
Pasalnya, selama beberapa hari terakhir, Gunung Anak Krakatau diketahui mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
Meski demikian, masyarakat diminta untuk tidak panik dan mengikuti arahan dari pemerintah setempat terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau belakangan ini.
Melansir Kompas.com, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meminta warga menjauhi kawah Gunung Anak Krakatau sejauh 5 kilometer.
Dalam data pengamantan pada Jumat (1/7/2022) pukul 06.50 WIB, telah terjadi erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau dengan kolom abu setinggi 500 meter dari puncak.
Gunung Anak Krakatau meletus
Erupsi terbesar terjadi pada Rabu (29/6/2022) pukul 14.51 WIB, dengan ketinggian kolom abu 2.000 meter dari puncak, dan tercatat mengalami erupsi sebanyak 3 kali.
Sedangkan pada Sabtu (2/7/2022) pukul 00.00-06.00 WIB, sudah terdapat beberapa kali rentetan gempa yakni 3 kali gempa embusan dengan amplitudo 9-20 mm, dan lama gempa 7-30 detik pada hari ini
Kemudian terjadi 20 kali gempa Low Frequency dengan amplitudo 16-49 mm dan lama gempa 6-16 detik.
Selain itu juga 6 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 11-23 mm, dan lama gempa 6-14 detik juga terjadi di Gunung Anak Krakatau.
Terakhir telah terjadi 1 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-10 mm, dominan 1 mm.
Secara visual gunung tertutup Kabut 0-III, asap kawah tidak teramati.
Berstatus Level III
Dikutip dari Kompas.id, Jumat (1/7/2022) Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Kalianda, Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik tiga hari terakhir cukup signifikan.
Meksipun demikian hingga kini, gunung itu berstatus Level III atau Siaga.
PVMBG sebelumnya menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak 24 April 2022, pukul 18.00 WIB.
Sebagai informasi, status Level III (Siaga) ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental memperlihatkan peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.
Adapun ancaman bahaya erupsi bisa meluas, tapi tidak mengancam pemukiman penduduk.
Baca Juga: Ricuh Soal Penendang Sesajen di Gunung Semeru, Begini Pandangan Pakar Unair
Aktivitas di kawasan rawan bencana (KRB)
KRB I: Masyarakat meingkatkan kewaspadaan dengan tidak melakukan aktivitas di sekitar lembah sungai yang berhulu di daerah puncak;
KRB II: Masyarakat mulai menyiapkan diri untuk mengungsi sambil menunggu perintah dari pemerintah daerah;
KRB III: Masyarakat di wilayah yang terancam tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dan mulai menyiapkan diri untuk mengungsi. Masyarakat waspada
Camat Rajabasa Sabtubi mengatakan bahwa sejak peristiwa tsunami di Selat Sunda pada 2018 telah membuat masyarakat di kawasan pesisir meningkatkan kewaspadaannya.
Apalagi saat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan.
Namun, kini masyarakat tidak panik dalam merespon aktivitas vulkanik tersebut, karena telah mempunyai pengalaman untuk melakukan mitigasi bencana.
Masyarakat juga melakukan komunikasi dengan petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau dan BMKG untuk mengetahui informasi perkembangan terkini aktivitas gunung tersebut.
Baca Juga: Bak Kiamat! Akibat Letusan Gunung Berapi Bawah Laut, Tonga Diterjang Tsunami Super Dasyat
Selain itu, pemerintah daerah telah mengupayakan jalur evakuasi tsunami di titik-titik rawan yang berpotensi tsunami.
Nantinya, jalur evakuasi akan diarahkan ke wilayah perbukitan tak jauh dari pesisir.
Tidak sampai mengganggu masyarakat
Syamsiar (50), warga Pulau Sebesi menjelaskan jika aktivitas Gunung Anak Krakatau yang meningkat tidak sampai mengganggu aktivitas masyarkat Pulau Sebesi.
Meskipun Pulai Sebesi yang berjarak 10 kilometer dari Gunung Anak Krakatau dapat melihat abu vulkanik saat terjadi erupsi berserta suara dentumannya.
Sementara itu, kondisi ekosistem di tiga pulau sekitar Gunung Anak Krakatau, yakni Sertung, Panjang, dan Rakata kecil sudah membaik.
Misalnya di Kepulauan Rakata terbentuk rawa kecil di bagian tenggara pulau tersebut dengan ditemukan berbagai jenis satwa, seperti burung, kupu-kupu dan biawak.
Baca Juga: Semoga Dijauhkan dari Musibah dan Becana Alam, Inilah Bacaan Doa yang Bisa Kamu Amalkan
(*)