GridHype.ID - Pandemi belum usai, sejumlah kasus Covid-19 turunan varian Omicron rupanya telah terdeteksi di beberapa negara.
Diketahui, subvarian Omicron ini dikenal sebagai varian BA.2.
Melansir Kompas.com, varian BA.2 pertama kali terdeteksi pada November 2021.
Inggris telah menetapkan varian ini sebagai varian yang sedang diselidiki, dengan kemungkinan mempunyai keunggulan pertumbuhan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menjuluki varian BA.2 sebagai varian yang menjadi perhatian, tapi melacak penyebaran sub-garis keturunan.
Untuk diketahui, varian baru Omicron, B.1.1.529 mempunyai empat sub-garis keturunan yaitu BA.1, BA.1.1, BA.2, dan BA.3.
Sub-garis keturunan varian BA.2 Omicron secara luas dianggap lebih tersembunyi dibandingkan versi asli Omicron.
Sebab, beberapa sifat genetik yang dimiliki membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.
Beberapa ilmuwan menjelaskan, varian BA.2 ini bisa lebih menular dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik subvarian ini.
Sementara Badan Kesehatan Masyarakat Kanada (PHAC) melaporkan telah mendeteksi lebih dari 50 kasus subvarian Omicron baru yang dikenal sebagai varian BA.2.
Melansir CTVNews, terkonfirmasi sebanyak 51 kasus subvarian BA.2 di Kanada, dengan kasus terutama dari pelancong internasional.
Menurut data GISAID pada 25 Januari 2022, turunan dari varian Omicron yang sangat menular ini telah ditemukan di setidaknya 40 negara termasuk Inggris, Denmark, India, Swedia, Singapura, Filipina, dan Indonesia.
Ya, mengutip Tribunnews.com, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin melaporkan sub varian Omicron atau BA.2 telah masuk ke Indonesia.
"Kita ketahui bahwa BA.2 dikenal sebagai stealth Omicron atau Omicron yang menipu,
Khususnya karena adanya delesi fenomena S gene target failure – SGTF sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/1/2022).
Padahal pemeriksaan PCR SGTF justru mulai diperbanyak di Indonesia.
"Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil," terang Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.
Baca Juga: Indonesia Mencatat 2 Pasien Meninggal Dunia Akibat Varian Omicron, Inilah 5 Fakta Dibaliknya
(*)