Jadi Negara Kaya Raya, Timor Leste Nyesel Pisah dari Indonesia, Cadangan Minyak Semakin Menipis

Selasa, 09 November 2021 | 20:15
ist

Timor Leste

GridHype.ID - Timor Leste dikenal sebagai salahsatu negara dengan pendapatan minyak dan gas cukup besar.

Bahkan Timor Leste disebutsebagai negara yang menggantungkan kehidupan rakyatnya dari kilang-kilang minyak.

Pendapatan dari minyak dan gasTimor Lestetercatat sebesar US$23 miliar atau sekitar Rp 329 triliun selama 15 tahun terakhir.

Pendapatan tersebut digadang-gadang mampu menghidupi negara dan bahkanmembayar 86% kegiatan negara.

Sayangnya, kabar mengejutkan datang dari Timor Leste mengenai era tambang minyak yang diprediksi tak akan bertahan lama.

Disebutkan,mengekspor sisa minyak serta gas mungkin hanya bisa membiayai pemerintah satu atau dua tahun lagi.

Tak sampai di situ saja, jika investasi dana kekayaan negara US$19 miliar (Dana Perminyakan) terus berjalan dengan baik, Timor Leste hanya punya waktu sedikit dengan masa depan tidak pasti dan menakutkan.

Mengutip dariIntisari Onlineyang melansirdalam artikel Charles Scheiner,peneliti diLa'o Hamutuk, Institut Pemantauan dan Analisis Pembangunan Timor-Leste, yang berjudul 'Survei ekonomi Timor-Leste, ia menyoroti ketersediaan minyak dan gas di negara yang berbatasan dengan Kupang NTT itu.

Baca Juga: Tiba di Indonesia, Raul Lemos Akhirnya Bertemu Aurel Hermansyah, Perlakuan Suami Krisdayanti ke Anak Sambung Jadi Sorotan

Charles mengungkapkan bahwa: "Akhir dari pendapatan minyak bumi,' para pemimpin negaranya mengelola aliran masuk pendapatan minyak bumi dengan baik, menghindari korupsi, kekerasan, kriminalitas, dan inkonstitusionalitas yang signifikan."

Namun beberapa konsekuensi negatif dari ketergantungan minyak tidak dapat dihindari.

Ekonomi bergantung pada impor, produksi lokal minimal, lapangan kerja langka, dan hanya kelas menengah serta atas perkotaan yang dapat menikmati manfaatnya.

Sebagian besar uang minyak telah membayar perusahaan asing untuk membangun proyek infrastruktur besar, tetapi kehidupan pedesaan, mayoritas pertanian hampir tidak membaik.

Hanya sebagian kecil dari pendapatan minyak bumi yang telah digunakan untuk mendukung kehidupan masyarakat dan produktivitas masa depan.

Kondisi ini sedikit lebih baik daripada tahun 1990-an, tahun-tahun terakhir pendudukan militer Indonesia.

Diketahui kini kebanyakanmasyarakat Timor Leste bertahan hidup dengan pertanian subsisten, sementara pekerjaan sektor swasta telah menurun sejak tahun 2014.

Diversifikasi ekonomi, meskipun sering dibahas, belum terjadi.

Pembuat kebijakan masih mengacu pada Rencana Pembangunan Strategis 2011 yang tidak realistis dan ketinggalan jaman.

Baca Juga: Intip Harga Makanan di Timor Leste yang Bikin Kantong Kering, Begini Perbandingannya dengan di Indonesia

Tak hanya masyarakat biasa, ternyatasebagian besar pejabat pemerintah, telah menginternalisasi ketergantungan pada minyak dan gas yang telah mendominasiTimor Leste.

Kini rakyatTimor Lestepunmerasa sulit untuk membayangkan ekonomi pasca-minyak, atau untuk memulai pekerjaan yang menantang guna memperkuat pangan lokal dan produksi lainnya.

Mereka menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan, seperti bagaimana orang akan makan ketika uang minyak untuk membayar makanan dari luar negeri habis.

Urgensi perubahan visi dan kebijakan tidak bisa dihindari.

Meskipun para pemimpin saat ini masih menyangkal dan tidak mengatasi tantangan yang sulit ini, generasi pemimpin politik yang baru akan datang.

Mereka tidak dikondisikan oleh pendudukan brutal dan perjuangan yang menantang dunia untuk kemerdekaan nasional, dan telah lebih terpapar pada tren serta pengetahuan global, yang dapat membantu mereka menggerakkan ekonomi ke arah yang lebih berkelanjutan dan adil.

Baca Juga: Sejak Lepas dari Indonesia, Timor Leste Lakukan Hal Mencengangkan Ini

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber intisari, sosok.grid.id