Namanya Menghilang dari Sejarah Lantaran Lakukan Hal Besar Ini, Kisah Tragis Ayah Firaun Tutankhamun yang Dicap sebagai 'Raja Sesat' Bahkan Kena Kutuk Anak Sendiri

Kamis, 04 November 2021 | 06:45
Cordon Press

Akhenaten dan salah satu putrinya, memegang sistrum, memberikan persembahan kepada Aten, yang memberkati mereka dengan sinarnya.

GridHype.ID - Firaun Mesir ini memerintah selama kurun waktusekitar 17 tahun.

Firaun Akhenaten memimpin Mesir dalam periodeantara kira-kira 1353 SM dan 1335 SM.

Tepat saat dirinya diangkat namanya sendiri diubah menjadiAmenhotep IV.

Tetapi pada tahun keenam pemerintahannya dia mengubahnya menjadi “Akhenaten” sebuah nama yang diterjemahkan oleh mendiang Egyptologist Dominic Montserrat yang berarti “Yang baik hati dari Aten.”

Akhenaten adalah putra Amenhotep III dan istrinya Ratu Tiye.

Selama pemerintahan kedua orangtuanya, Mesir memerintah sebuah kerajaan yang membentang dari Suriah, di Asia barat, ke katarak keempat Sungai Nil di Sudan modern.

Ketika Akhenaten naik tahta, ada dua hal yang paling dikenang orang-orang tentangnya.

Pertama, tentang perubahan agama Mesir dari pemuja dewa Mesir Amun dan demi Mut menjadi Aten (cakram matahari yang mewakili kekuatan ilahi matahari).

Kedua, dia membangun ibu kota yang sama sekali baru di tempat tak berpenghuni, yang sekarang kita sebut Amarna, di padang pasir.

Baca Juga: Namanya Familiar di Muka Bumi, Cleopatra Menyimpan Sederet Fakta yang Menarik Diketahui

Britannica

Meskipun pemerintahan Akhenaten mengalami reformasi agama besar-besaran dan perkembangan artistik tertentu, warisannya hancur di bawah firaun kemudian. Putra Akhenaten, Tutankhaten, mengembalikan Amun yang dipermalukan sebagai raja para dewa, dan dia mengganti nama dirinya menjadi Tutankhamun.

Soal agama, Akhenaten langsung membangun serangkaian kuil Aten, pembangunannya mungkin dimulai pada tahun pertama pemerintahannya.

Bahkan dia tampaknya memiliki pandangan bahwa Aten bukan hanya menjadi dewa tertinggi tetapi satu-satunya dewa.

Masalahnya Akhenaten tidak mampu meyakinkan semua orang Mesir untuk menaruh harapan spiritual satu-satunya di Aten.

Sementara untuk ibu kota baru, lokasinya dipilih agar matahari terbitnya memiliki makna simbolis.

Tak lama, ibukota ini dengan cepat tumbuh menjadi sekitar 4,6 mil persegi (kira-kira 12 kilometer persegi).

Sayangnya, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Antiquity menunjukkan bahwa orang-orang biasa di Amarna menderita kekurangan gizi dan tingkat kematian remaja yang tinggi, bahkan menurut standar waktu itu.

Pertumbuhan anak-anak terhambat, dan banyak tulang yang keropos.

Ini karena kekurangan nutrisi, mungkin karena rakyat jelata hidup dengan diet kebanyakan roti dan bir, arkeolog Anna Stevens mengatakan kepada LiveScience dalam sebuah wawancara pada saat penelitian itu diterbitkan.

Baca Juga: Tenar Lantaran Sifatnya yang Kejam, Fakta Menakjubkan Soal Sosok Firaun Diungkap Oleh Para Ilmuwan

Para peneliti juga menemukan bahwa lebih dari tiga perempat orang dewasa memiliki penyakit sendi degeneratif.

Penyababnya mungkin karena mengangkut beban berat, dan sekitar dua pertiga dari orang dewasa ini memiliki setidaknya satu patah tulang.

Kematian Akhenaten

Tahun-tahun terakhir Akhenaten diselimuti misteri.

Apa pun yang terjadi di tahun-tahun terakhir Akhenaten, perubahan agamanya, dan ibukota baru, tidak bertahan setelah kematiannya.

Dalam beberapa tahun setelah kematiannya (yang terjadi sekitar tahun 1335 SM) seorang raja Mesir Kuno baru bernama Tutankhamun, yang sekarang diyakini oleh banyak peneliti sebagai putra Akhenaten, naik tahta.

Selama pemerintahan Tut, Mesir akan kembali ke kepercayaan agama aslinya, Amun dan Mut mengasumsikan tempat mereka di atas jajaran dewa Mesir.

Pada akhirnya, ibu kota yang dibangun Akhenaten ditinggalkan dalam beberapa dekade setelah kematiannya.

Dan dia dijuluki "raja sesat" yang bahkan tidak termasuk dalam beberapa daftar raja Mesir.

Selanjutnya, Tutankhamun akan mengutuk tindakan Akhenaten dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Karnak.

(*)

Baca Juga: Menjadi Perdebatan hingga Kini, Sosok Firaun Mana yang Tenggelam di Laut Merah?

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : intisari, livescience

Baca Lainnya