Awas Bahaya Mengintai Tubuh! Tabir Surya Ternyata Dapat Menjadi Racun Setelah Dua Jam Pemakaian, Mengapa?

Senin, 25 Oktober 2021 | 09:30
Freepik

Bahaya tabir surya terhadap terumbu karang

GridHype.ID - Produk suncreen dan sunblock kini sangat mudah ditemui di pasaran dengan berbagai merek dan kelebihannya.

Namun, tahukah kamu perbedaan suncreen dan sunblok itu sendiri?

Pada dasarnya, seperti yang dikutip HelloSehat.com, sunscreen dan sunblock merupakan tabir surya yang berfungsi melindungi kulit dari sinar matahari.

Namun, kedua pelindung ini ternyata perbedaan yang cukup jelas.

Sunscreen adalah losion tabir surya yang dapat menembus dan diserap oleh kulit sebelum sinar UV mencapai lapisan kulit dan merusaknya.

Namun, jenis pelindung matahari ini biasanya hanya bertugas melindungi kulit dari sinar UVB.

Sementara sunblock adalah tabir surya yang dapat menghalau dan memantulkan sinar matahari dari kulit.

Berkat kandungan titanium dioksida atau seng oksida di dalamnya, sunblock dinilai efektif melindungi kedua jenis ultraviolet, yaitu UVA dan UVB.

Kamu tetap dapat menggunakan salah satu di antara kedua produk ini karena sama-sama memberikan perlindungan.

Baca Juga: Nyesel Kudet! Cuma Modal Apel, Kulit Akan Alami 3 Manfaat Luar Biasa Tanpa Perlu ke Klinik Kecantikan

Hanya saja, kamu mungkin perlu melihat apakah tabir surya yang dipilih menawarkan perlindungan terhadap sinar UVA dan UVB.

Meski demikian, tabir surya atau sunscreen ini juga bisa berbahaya jika digunakan lebih dari dua jam pemakaian.

Pasalnya, tabir surya yang kita pakai bisa berubah menjadi racun yang mematikan.

Ya, mengutip Kompas.com, halitu bisa benar-benar terjadi. Setidaknya menurut sebuah studi baru yang melibatkan para ilmuwan di Oregon State University.

Disebutkan tabir surya dengan dengan seng oksida (zinc oxyde) dapat kehilangan keefektifannya dan menjadi beracun setelah dua jam terpapar radiasi sinar ultraviolet.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal 'Photochemical and Photobiological Sciences' itu menganalisis toksisitas pada ikan zebra, ikan yang memiliki kesamaan tingkat molekuler, genetik, dan seluler yang sama dengan manusia, membuat hasil penelitiannya cukup relevan.

Pasar sunscreen global diprediksi bernilai lebih dari 24 miliar dolar AS atau sekitar Rp 341 triliun pada akhir dekade ini.

Tiga peneliti, yaitu Robyn Tanguay dan Lisa Truong dari fakultas Ilmu serta rekan mereka, Claudia Santillan, mencoba mencari tahu tentang seberapa stabil, aman, dan efektif bahan tabir surya dalam kombinasi dan bukan sebagai kompinen individu, seperti saat disetujui oleh Food and Drug Administration?

Bagaimana dengan keamanan produk kimia yang dihasilkan dari reaksi yang disebabkan oleh paparan sinar matahari?

Tanguay yang merupakan professor dan pakar internasional di bidang toksikologi itu berpendapat, tabir surya adalah produk yang membantu mengurangi paparan sinar UV dan kanker kulit, meski belum jelas apakah penggunaan beberapa formulasi tabir surya memiliki toksisitas yang tidak diinginkan akibat interaksi antara beberapa bahan dan sinar UV.

Baca Juga: Jangan Dulu Dibuang, Pisang dengan Kulit yang Hitam Nyaris Busuk Justru Bikin Tubuh Alami Hal Mengejutkan

Pemikiran bahwa tabir surya aman berasal dari banyaknya produk yang menggunakan bahan banyak bahan, namun membatasi yang lain.

Terkadang, hal ini dilakukan berdasarkan data yang terbatas. Misalnya saja, oxybenzone yang telah dihentikan produksinya karena khawatir akan merusak terumbu karang.

"Tabir surya yang mengandung senyawa anorganik seperti seng oksida atau titanium dioksida yang menghalangi sinar UV, kerap dipasarkan sebagai alternatif yang aman pada senyawa molekul kecil organik yang menyerap sinar UV," kata Tanguay.

Keduanya kerap dianggap sama, padahal sebetulnya memiliki beberapa perbedaan.

Tim ilmuwan akhirnya membuat lima campuran yang mengandung filter UV, bahan aktif dalam sunscreen, dari berbagai produk yang tersedia di Amerika Serikat dan Eropa.

Mereka juga membuat campuran tambahan dengan bahan yang sama, ditambah seng oksida dalam jumlah lebih sedikit dari yang direkomendasikan secara komersial.

Lalu, para ilmuwan meneliti apa yang dilakukan sinar matahari terhadap senyawa dalam campuran dan kemampuan pelindung UV-nya.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga melihat apakah radiasi UV menyebabkan salah satu campuran menjadi racun bagi ikan zebra, organisme yang banyak digunakan dunia penelitian.

Ikan tersebut diteliti mulai dari telur hingga berenang dalam lima hari, sampai ditemukan bahwa campuran yang terpapar UV tanpa seng oksida tidak menyebabkan perubahan signifikan pada ikan.

“Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tabir surya dapat bereaksi dengan cepat di bawah paparan sinar UV, sehingga cukup mengejutkan betapa sedikitnya pengujian toksisitas yang telah dilakukan pada produk fotodegradasi," kata Truong.

Baca Juga: Siapa Sangka Oleskan Campuran Baking Soda dan Body Lotion Milikmu Ternyata Langsung Bawa Perubahan Menakjubkan ini pada Kulitmu

"Temuan kami menunjukkan bahwa formula berbasis molekul kecil yang tersedia secara komersial, yang merupakan dasar dari formula yang kami pelajari, dapat digabungkan dalam rasio bahan berbeda yang meminimalisir fotodegradasi,” tambahnya.

Kendati demikian, para ilmuwan melihat adanya perbedaan besar dalam fotostabilitas dan fototoksisitas ketika partikel seng oksida ditambahkan, baik dalam nanopartikel atau mikropartikel yang lebih besar.

"Terlepas dari ukurannya, seng oksida mendegradasi campuran organik dan menyebabkan hilangnya lebih dari 80 persen perlindungan filter organik terhadap sinar ultraviolet-A. Sinar ini merupakan 95 persen radiasi UV yang mencapai bumi," kata Santillan.

Santilan juga menambahkan bahwa produk fotodegradasi yang diinduksi seng-oksida menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap kecacatan ikan zebra yang digunakan untuk menguji toksisitas.

“Itu menunjukkan bahwa partikel seng oksida dapat menyebabkan degradasi yang dapat membahayakan ekosistem perairan dan lingkungan," ujarnya.

Dia juga terkejut bahwa kelima campuran molekul kecil iitu ternyata photostable.

Namun, ia tidak terkejut bahwa menambahkan partikel seng oksida ke dalam campuran itu dapat menyebabkan racun saat terpapar sinar UV.

"Temuan ini akan mengejutkan banyak konsumen yang disesatkan oleh label 'bebas nano' pada tabir surya berbasis mineral yang menyiratkan bahwa tabir surya aman hanya karena tidak mengandung partikel yang lebih kecil," katanya.

Karena itu, yang lebih penting dari ukuran adalah identitas logam, struktur kristalnya, dan lapisan permukaannya.

Baca Juga: Jangan Dilakukan Lagi! Usahamu untuk Dapatkan Kulit Glowing Bakal Sia-sia Jika Masih Lakukan 5 Kesalahan Ini Saat Pakai Skinker

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Kompas.com, Hellosehat.com

Baca Lainnya