GridHype.ID - Vaksin dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah kian parahnya penyebaran virus Covid-19.
Berbagai negarapun gencar menggalangkan program vaksin untuk warganya.
Beberapa negara mempersilahkan warganya untuk memilih vaksin yang ingin mereka dapat.
Itulah yang dilakukan oleh Jade Lim (32).
Jade Lim membuat pilihan yang tidak biasa ketika rekan-rekannya memilih antara vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Sebab meskipun tidak diketahui memiliki alergi terhadap kedua vaksin tersebut, dia memilih menggunakan vaksin Sinovac yang berasal dari China.
Dia pun mendapatkan vaksin Sinovac di institusi perawatan kesehatan swasta yang disetujui dalam kerangka Rute Akses Khusus.
“Semua orang terkejut,” katanya seperti dilansir dari channelnewsasia.com pada Sabtu (4/9/2021).
Tapi dia merasa lebih nyaman dengan Sinovac (yang menggunakan virus yang tidak aktif) dibandingkan dengan dua lainnya, yang menggunakan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA).
Untuk satu hal, dia khawatir tentang efek samping dari vaksin mRNA.
“Sebagai orang yang sehat dengan daya tahan tubuh yang baik, saya merasa tidak perlu mengonsumsi sesuatu yang akan memicu begitu banyak reaksi di dalam tubuh,” kata dokter hewan tersebut.
"Juga apa yang akan terjadi 50 tahun kemudian(adalah sesuatu yang tidak akan kita ketahui."
"Sedangkan virus yang tidak aktif telah digunakan selama beberapa dekade."
Lebih aman, dicoba dan diuji, lebih sedikit efek samping adalah salah satu alasan orang lebih memilih vaksin Sinovac.
Teknologi virus yang tidak aktif dari Sinovac mengharuskan orang tersebut disuntik dengan partikel virus corona yang mati, yang nantinya memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap Covid-19.
Vaksin mRNA, di sisi lain, melibatkan penyuntikan potongan kode genetik virus ke pasien.
Baca Juga: Mulai Unjuk Taring, 5 Fakta Vaksin Merah Putih yang Siap Diluncurkan Tahun 2022
Ia bekerja sebagai "resep" untuk mengarahkan produksi bagian tertentu dari virus, protein lonjakan.
Lalu untuk memicu respons imun tanpa membuat pasien terpapar virus.
Uji coba teknologi mRNA pada manusia dimulai pada tahun 2009.
Sementara virus yang tidak aktif diperkenalkan pada akhir abad ke-19 dan sejak itu telah digunakan untuk mengobati penyakit seperti tipus, polio, dan bahkan flu musiman.
Berdasarkan perkiraan Kementerian Kesehatan pada 10 Agustus, ada 85.000 orang di Singapura yang menerima dosis pertama vaksin Sinovac pada 12 Agustus.
Mereka yang menerima 2 kali vaksin Sinovac sekarang termasuk dalam hitungan vaksinasi Singapura dan dianggap telah divaksinasi penuh.
Tetapi karena Sinovac bukan bagian dari program vaksinasi nasional, mereka yang menginginkan vaksin ini harus membayar 10 hingga 25 Dollar Singapura per dosis.
Soal kemanjuran, Spesialis penyakit menular Loh Jiashen dari Rumah Sakit Farrer Park, memang banyak yang meragukan Sinovac.
Tapi karena data keamanan Sinovac tidak seterbuka dan tidak tersedia untuk umum.
Dia mencatat bahwa tingkat kemanjuran Sinovac adalah 51 persen.
Sedangkan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna masing-masing adalah 95 persen dan 94 persen.
Semakin tinggi tingkat kemanjuran, semakin banyak perlindungan terhadap penyakit simtomatik.
Sebuah studi Mayo Clinic baru-baru ini di Minnesota menemukan bahwa efektivitas vaksin mRNA terhadap varian Delta telah turun menjadi 76 persen untuk Moderna dan 42 persen untuk Pfizer-BioNTech.
Lalu sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, yang melibatkan 10,2 juta peserta di Chili,
menunjukkan bahwa vaksin Sinovac efektif 87,5 persen dalam mencegah rawat inap dan 86,3 persen dalam mencegah kematian akibat Covid-19.
Baca Juga: Jadi Ajang Meraup Keuntungan Pedagang Nakal, Cetak Sertifikat Vaksinasi Dihentikan
(*)