Tak Hanya Kanker Payudara, Berikut 7 Kelainan yang Bisa Terjadi pada Payudara

Selasa, 08 Juni 2021 | 12:45
Freepik

ilustrasi benjolan di payudara terasa nyeri belum tentu jadi gejala kanker

GridHype.ID - Biasa saat mendapati ada benjolan di payudara, perempuan kerap berpikir itu kanker payudara.

Namun, perlu diketahui tak semua benjolan merupakan ciri kanker payudara.

Ya, ada banyak kelainan yang mungkin terjadi pada payudara wanita, tak hanya kanker payudara.

Baca Juga: Stres Dapat Tingkatkan Risiko Terjangkit Kanker Payudara Pada Wanita, Coba Hindari Mulai Sekarang!

Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Kanker payudara

Kanker payudara memang termasuk kelainan pada payudara yang sering diderita kaum hawa.

Melansir Health Line, pada awalnya, penderita kanker payudara mungkin hanya akan merasakan adanya benjolan di payudara, baik yang dapat bergerak (mobile) maupun yang tidak dapat bergerak (terfixir).

Di tahap ini, jarang adanya rasa sakit.

Tepi benjolan sering teraba tidak teratur, kasar, dan keras.

Pada pemeriksaan USG, sering didapatkan bayangan gambaran benjolan dengan tepi tidak beraturan atau tidak rata.

Sementara, pada mamografi sering didapatkan bayangan benjolan seperti komet.

Baca Juga: Mulai Perbanyak Konsumsinya! 4 Makanan Ini Disinyalir Bagus untuk Kanker Payudara

Jika dibiarkan tanpa penanganan, benjolan tersebut bisa jadi akan lengeket ke kulit atau ke dasar payudara, sehingga tidak dapat bergerak sama sekali.

Semakin lanjut, benjolan pun dapat semakin membesar, bahkan dapat pecah menjadi koreng yang menganga disertai bau tidak sedap.

Pengobatan yang terbaik untuk kasus kanker payudara adalah operasi dan dilanjutkan dengan kemoterapi serta radioterapi.

2. Fibro adenoma mamma (FAM)

FAM berbeda dengan tumor ganas (kanker) payudara.

FAM merupakan tumor jinak payudara dan merupakan kasus terbanyak tumor payudara.

Kejadiannya dapat berbentuk tunggal atau multiple (banyak) pada satu payudara atau kedua payudara. Karakter FAM antara lain, yakni:

  • Teraba padat kenyal
  • Dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya (mobile)
  • Bentuk bulat
  • Lonjong Berbatas tegas atau jelas
  • Tidak nyeri Kulit payudara di atasnya tidak berubah
  • Pertumbuhan lambat
  • Tidak menyebar seperti kanker payudara
Pengobatan FAM dapat dilakukan dengan pengambilan tumor.

Baca Juga: Mulai dari Jenis Kelamin sampai Gaya Hidup, Inilah 10 Faktor Internal yang Menjadi Risiko Kanker Payudara

3. Tumor Philloides (Cystosarcoma Philloides)

Kasus kelainan payudara ini bisa terjadi pada semua usia, tapi yang terbanyak menyerang wanita usia 40-45 tahun.

Pada awalnya tumor philloides mirip dengan FAM, tetapi pertumbuhannya lebih cepat.

Berikut ini ciri-ciri dari kelainan payudara tumor philloides:

  • Tumor berbentuk bulat atau lonjong
  • Berbenjol-benjol pada permukaan tumor Berbatas tegas
  • Besarnya dapat melebihi ukuran payudara normal tapi dapat di gerakkan
  • Pada perabaan terasa padat kenyal
  • Ada juga bagian yang berkantong
Tumor ini umumnya jinak, tapi sebagian kecil dapat ganas.

Pengobatan tumor philloides sebaiknya dilakukan mastektomi karena punya sifat mudah kambuh.

4. Galaktokel

Galaktokel adalah kelainan pada payudara berupa tumor bulat seperti kantong (kistik).

Tumor jinak ini terbentuk akibat tersumbatnya saluran air susu (duktus laktiferus) pada wanita yang sedang menyusui atau sehabis masa me nyusui.

Baca Juga: Waspada! Berikut Beberapa Ciri Kanker Payudara yang Sering Diabaikan

Galaktokel berisi ASI yang mengental seperti keju, berbatas tegas, bulat, berupa kantong (kisteus).

Pengobatan galaktokel dapat dilakukan dengan operasi pengambilan tumor (benjolan).

5. Papiloma intraduktal

Papiloma intraduktal merupakan tumor kecil yang tumbuh seperti polip di dalam saluran susu.

Gejalanya berupa cairan yang keluar melalui puting.

Mula-mula, cairan berwarna bening dan lama-kelamaan berubah menjadi merah darah, bahkan merah ke hitaman.

Pengobatan papiloma intraduktal dapat dilakukan dengan cara exisi atau pembuangan benjolan dengan sayatan kulit melingkar sesuai batas areola payudara.

6. Mastitis (infeksi payudara)

Merangkum Medical News Today, mastitis cenderung lebih sering terjadi pada ibu menyusui.

Baca Juga: BERITA POPULER: Hobi Mewarnai Rambut Rupanya Bisa Picu Kanker Payudara Hingga Segera Cek Namamu Apakah Masuk dalam Daftar Penerima BLT Rp1,2 Juta

Gejalanya kadang-kadang didahului dengan lecet ringan atau retakan pada puting yang menjadi jalan masuk bakteri dari mulut bayi.

Kebanyakan bakteri yang ditemukan adalah Staphylococcus aureus yang berasal dari kulit yang normal.

Namun, kasus mastitis tidak jarang ditemukan pada wanita yang sudah bertahun-tahun selesai menyusui.

Pada kasus semacam ini, biasanya ada riwayat menyusui yang kurang sempurna.

Sebagai contoh, salah satu payudara mengeluarkan ASI kurang lancar atau sang bayi hanya mau menyusui salah satu payudara sang ibu.

Gejala mastitis yang timbul biasanya adalah:

  • Rasa nyeri di payudara
  • Terasa ada bagian yang mengeras atau berupa benjolan yang sangat nyeri
  • Tanda-tanda pembengkakan disertai rasa demam badan
Baca Juga: Benarkah Kedelai Bisa Memicu Risiko Kanker Payudara? Begini Penjelasan dari Sang Ahli

Bila infeksi berlanjut, daerah pembengkakan akan semakin merah, kian nyeri, dan menjadi abses payudara.

Pengobatan mastitis apabila gejalanya ringan cukup dengan antibiotik.

Tapi, jika sudah terjadi abses, harus dilakukan insisi abses, yakni pencucian abses atau drainase yang dilakukan dengan bius total.

Pada kasus mastitis, tidak jarang ditemukan mastitis tuberkulosa dan pengobatannya dilanjutkan dengan pengobatan tuberkulosis (TBC).

7. Fibrokistik

Fibrokistik adalah kelainan pada payudara wanita yang sering dijumpai juga.

Keluhan utama fibrokistik pada umumnya adalah rasa nyeri di payudara, baik dengan benjolan maupun tidak.

Fibrokistik jenis padat kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini.

Baca Juga: Waspada Buat Kamu yang Punya Hobi Warnai Rambut, Bisa Jadi Pemicu Kanker Payudara

Kelainan fibrokistik ini dipengaruhi oleh faktor hormonal.

Biasanya, pengobatan yang dilakukan untuk kasus fibrokistik hanya simptomatis atau untuk meredakan gejalanya.

Tapi, pada beberapa kasus diperlukan operasi, terutama pada kelainan berupa kista yang semakin membesar secara progresif atau kelainan jaringan padat yang semakin mengeras.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Kompas

Baca Lainnya