GridHype.id- Menghangatkan makanan yang tidak habis masih menjadi jurus jitu di kalangan masyarakat.
Bahkan beberapa orang seringkali memilih untuk memasak dengan jumlah banyak dengan alasan bahwa nantinya dapat dihangatkan kembali.
Ternyata hal tersebut tak sepenuhnya baik.
Dilansir dari Kompas.com (2/6/2018), beberapa orang yang terlalu sering mengonsumsi makanan yang dihangatkan lebih rentan mengalami diare.
Konsultan Gastroenterologi Hepatologi, Dr. dr. Ari Fahrial Syam mengaku bahwa pasiennya yang datang terutama saat bulan Ramadan memiliki keluhan diare.
Setelah diselidiki ternyata penyebabnya adalah makanan yang dihangatkan.
Pada bulan Ramadan memang tak jarang orang yang memilih menghangatkan makanan sisa berbuka untuk dikonsumsi saat sahur.
"Umumnya mencret. Karena makan makanan buka untuk sahur," kata Dr. Ari dalam sebuah talkshow bersama Kalbe.
Meskipun demikian, tak semua hal tentang menghangatkan makanan adalah salah, asalkan memperhatikan beberapa hal.
Jika ingin menghangatkan makanan, sebaiknya makanan sudah terlebih dahulu disimpan di suhu rendah.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyimpan makanan di suhu freezer.
Makanan tidak akan awet jika dibiarkan berada di suhu ruangan, hal tersebut akan menimbulkan kontaminasi kuman.
Makanan yang telah disimpan dalam kulkas juga memiliki jangka waktu yang harus diperhatikan,
Tidak semua jenis makanan dapat bertahan lama.
Apabila makanan sudah berbau asam atau basi meskipun sudah disimpan dalam kulkas, hendaknya makanan tersebut tidak lagi dikonsumsi.
Selain itu, terlalu sering memanaskan makanan juga dapat mengurangi kandungan vitamin yang ada.
Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Bakal Cair Usai Lebaran Ini, Apa Kamu Jadi Salah Satu Penerima Bantuannya?
Dikutip dari bobo.grid.id (27/12/2019), menghangatkan makanan secara berulang dapat menurunkan 50 hingga 80 persen vitamin C pada bahan makanan.
Untuk mengurangi risiko yang terjadi karena proses penghangatan makanan, maka dianjurkan bagi masyarakat untuk memasak dengan jumlah secukupnya agar dapat dikonsumsi sekali habis.
(*)