WhatsApp Rilis Kebijakan Privasi Baru bagi Pengguna, Telegram Beri Cibiran Lewat Twitter

Minggu, 16 Mei 2021 | 15:45
Gizchina

Ilustrasi Xiaomi Mi Band 6 yang bisa digunakan untuk balas pesan WhatsApp dan Telegram.

GridHype.ID - Seiring dengan perkembangan zaman, media sosial menjadi satu hal yang tak terpisahkan dari hidup.

Platform media sosial yang cukup banyak memiliki pengguna adalah WhatsApp dan Telegram.

Baru-baru ini, media sosial WhatsApp dan Telegram saling lempar sindir di Twitter.

Baca Juga: Kabar Baik, Semua Pesan Lama Kini Bisa Dipindah dari WhatsApp Ke Telegram

Hal itu awalnya dipicu oleh kicauan akun Twitter resmi Telegram dengan handle @telegram.

Aplikasi pesan instan yang didirikan oleh Pavel Durov ini, menulis kicauan berisi meme soal ikon "recycle bin" atau tempat sampah di komputer.

Memang gambar itu menampilkan transformasi ikon recycle bin dari masa ke masa, mulai dari tahun 1995, 1998, 2000-an, serta 2015.

Yang memicu adu mulut, Telegram mengubah ikon recycle bin terbaru alias tahun 2021, dengan menambahkan logo WhatsApp.

Dari sini bisa diartikan, Telegram mengibaratkan WhatsApp sebagai sebuah tempat sampah.

Tak hanya itu, pada bagian ilustrasi dokumen yang dibuang dalam tempat sampah, Telegram juga turut menambahkan ikon khas jejaring sosial raksasa Facebook, berbentuk huruf "f" berwarna biru, ke dalamnya.

Ini mengindikasikan bahwa, Telegram juga mengaggap Facebook sebagai suatu dokumen yang telah dibuang ke tempat sampah.

Baca Juga: Manakah Aplikasi Chat yang Lebih Aman? WhatsApp, Telegram atau Signal?

Meme ini pun lantas mendapat sejumlah tanggapan dari pengguna Twitter, salah satunya dari akun @MoyoWaDolphin.

"Apa saranmu?" balas @MoyoWaDolphin. Akun Twitter resmi Telegram pun menyarankan pengguna untuk menghapus WhatsApp.

"Sama seperti biasanya. Pilih layanan yang menghormati Anda. Dan hapus WhatsApp." kicau Telegram

Serangan balik WhatsApp

Menanggapi meme soal recycle bin tersebut, WhatsApp tak tinggal diam.

WhatsApp turut membalas kicauan Telegram dengan menulis sindiran soal sisi keamanan Telegram yang tidak dilindungi enkripsi end-to-end.

"Admin Telegram: ... dan yang tidak diketahui orang adalah kita (Telegram) tidak dienkripsi dari ujung-ke-ujung secara default," tulis WhatsApp.

Twit itu ditulis lengkap dengan sebuah gambar yang menunjukkan seorang pria tengah berbisik kepada seorang wanita.

Baca Juga: Penasaran, Netizen Terus Buru Video Full Mirip Gisel, Roy Suryo: Sosok-sosok dalam Video saat Ini Banyak Kemiripan

Dan wanita tersebut menampakkan raut wajah yang tak begitu senang.

Seperti diketahui, WhatsApp telah melindungi pesan dengan enkripsi dari ujung-ke-ujung (end-to-end encryption/E2EE) secara default.

Sistem e2ee ini menjamin bahwa pesan yang dikirim antara dua pihak, tidak dapat diintip oleh penyedia layanan ataupun peretas.

Karena sudah aktif secara default, pengguna WhatsApp tak perlu repot mengotak-atik pengaturan.

Sistem enkripsi berlaku untuk perpesanan teks, audio, video call, maupun WhatsApp Web.

Sedangkan Telegram, sebenarnya layanan pesan instan ini juga sudah dibekali dengan sistem enkripsi.

Masalahnya, enkripsi ini tidak aktif secara default.

Baca Juga: Pelanggaran yang Dilakukan Suami Selebgram Rica Andriani Tak Hanya Maklumat Kapolri tapi Juga Surat Telegram

Di Telegram, hanya chat yang dikirim dan diterima lewat fitur Secret Chat atau Chat Rahasia saja yang dilindungi enkripsi.

Telegram kebanjiran pengguna, WhatsApp turun pamor

WhatsApp sempat mengalami penuruan pamor karena kebijakan privasi baru yang mulai digulirkannya pada awal Januari lalu, sebelum akhirnya resmi diterapkan pada akhir pekan ini, Sabtu (15/5/2021).

Saat ketentuan privasi baru WhatsApp dirilis, sejumlah pengguna sempat khawatir soal privasi data mereka dan memilih untuk beralih ke aplikasi pesan instan lain yang dianggap lebih "aman".

Salah satunya ialah Telegram.

Mengawali tahun 2021, pendiri Telegram, Pavel Durov mengatakan bahwa platform pesan instannya telah memiliki 500 juta pengguna aktif bulanan.

Ketika itu, Durov mengatakan 25 juta pengguna baru di antaranya bergabung ke Telegram hanya dalam kurun waktu 72 jam.

Pengguna baru berasal paling banyak berasal dari wilayah Asia dan Eropa. Membludaknya pengguna baru Telegram agaknya merupakan buntut dari pembaruan kebijakan layanan dan privasi pesaingnya, WhatsApp.

Baca Juga: Jadi Lebih Gampang, Subsidi Listrik Tak Lagi Via www.pln.co.id dan WhatsApp, Begini Cara Mendapatkannya

Hal ini juga terlihat dari aporan beberapa firma riset aplikasi.

Seperti Sensor Tower yang mengatakan WhatsApp mengalami penurunan jumlah unduhan yang signifikan, yakni hingga 11 persen pada minggu awal Januari 2021, dibandingkan periode sebelumnya.

Firma riset aplikasi App Annie juga melaporkan terjadi penurunan peringkat WhatsApp di daftar aplikasi terpopuler, baik di Android dan iOS.

App Annie menyebut jumlah unduhan WhatsApp pada pertengahan Januari lalu saat kebijakan baru ini diumumkan, menempati peringkat ke-38 di Amerika Serikat dan peringkat ke-10 di Inggris.

Peringkat ini tercatat lebih rendah dari periode sebelumnya.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Twitter, Kompas

Baca Lainnya